Hibriditas
Bahasa Indonesia tak punya pangkal yang jelas, tak punya asal-usul yang pasti—dan saya bersyukur karena itu. Kita mungkin tak perlu, dan tak akan pernah, tahu kapan bahasa itu lahir. Mungkin ia dilahirkan berkali-kali. Yang pasti bukan 28 Oktober 1928.
Ada sepotong pantun:
Dunia ini pang mantaganta
Ibarat Noraka pakkasiatta
Hidup tersiksa ri tomo butta
Terombang-ambing ri jene matta
Dunia tempat kita ada
Serasa ibarat
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini