Lempad
Pada suatu hari, tahun 1968, saya mengunjungi Lempad di rumahnya. Perupa jenius dari Ubud itu menemui saya sambil berdiri di antara patung-patung batu yang disusunnya secara acak di beranda. Usianya sudah sekitar 100 tahun. Tanpa baju, kulit tubuh bagian dadanya tampak mengeriput. Rambutnya menipis putih hampir gundul.
Ia menunjukkan satu bundel gambar. Dan saya terpesona.
Di lembar-lembar kertas itu Lempad menghidupkan kembali cerita sedih Ja
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini