Sebuah Memoar yang Tertunda
Pada suatu pagi yang tenang, Februari 1983, Menhankam/Pangab M. Jusuf menerima sepucuk surat. Bertuliskan tangan, singkat, tanpa tanda tangan ataupun nama pengirim. Meski begitu, Jusuf mengenal siapa penulisnya. Seorang perwira muda, cerdas, berpangkat mayor.
Di penghujung surat, tertera permintaan: agar surat itu cepat dibakar begitu selesai dibaca. Tapi Jusuf menyimpannya baikbaik seraya memanggil mayor itu ke rumahnya di Jalan Tengku Umar, Me
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini