Amin
Tidak susah mencari orang, koran, atau situs yang “menjelaskan” bahwa amin itu keliru dan semestinya tertulis aamiin.
André Möller*
Beberapa waktu lalu, istri saya menerima tulisan doa di media sosial. Sebagai orang sopan sekaligus beradab, ia menjawabnya dengan amin. Entah karena merasa sok suci, entah lantaran masuk golongan “kiai dadakan” (yang akhir-akhir ini sepertinya tumbuh subur), si pelantun doa merasa wajib menggurui istri saya karena, menurut dia, amin tersebut keliru, bahkan mungkin salah besar. Istri saya ngeyel, kem
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini