maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
TIGA abad sudah Lamalera dicekam tragedi Somi-Ruma. Kedua warga suku Batafor ini dituduh menjadi penyebab kematian seorang anggota suku Bataona, satu di antara tiga suku induk di Lamalera di ujung selatan Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Peradilan adat pun dilangsungkan. Keduanya lalu dihukum mati dengan cara ditenggelamkan ke laut.
Meskipun sudah lama berlalu, peristiwa memilukan itu seperti tetap terpendam dalam dada masyarakat Lamalera turun-temurun. Ia menjelma menjadi perang batin tiada berujung seolah mereka mendapat warisan kutukan darah. Hingga suatu hari pada awal Juli lalu, sebuah proses rekonsiliasi digelar: menautkan yang tercerai-berai, mendamaikan yang berselisih.
Tempo melaporkan proses rekonsiliasi tersebut dan memotret pergeseran yang berdenyut di kampung berjuluk Tanah Matahari ini.
Tetapi arus baru mulai muncul. Para blogger mulai menulis seperti jurnalis. Mereka ikut mengabarkan berbagai peristiwa apa pun—juga bahasan-bahasan yang bersifat khusus. Tsunami yang menghumbalangkan sisi selatan Pulau Jawa, dua pekan lalu, misalnya, sudah memenuhi blogosphere beberapa saat setelah peristiwa terjadi, bahkan sebelum televisi memberitakan. Jauh sebelumnya, CNN tak jengah mengutip berbagai posting blogger Irak saat Amerika menginvasi negeri itu.
Tak pelak, blog telah mengambil posisi baru: memperluas jendela informasi bagi warga dunia.
Tapi lindu mengoyak keanggunan kota tua itu Mei lalu. Kotagede adalah sebuah kota di tubir jurang.
Kereta juga potret muram tentang bagaimana kemiskinan disiasati: ada penumpang tak bertiket yang menyuap masinis. Ada masinis yang senang penumpangnya tak berkarcis karena mengharapkan recehan upeti.
Kereta api adalah wajah kita: korupsi, kekacauan administrasi—lalu romansa tumbuh di sela-selanya.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.