Menyusuri Jakarta Bersama Laksmi
…. Karena itulah, dalam kehidupan Ki Ageng kita melihat makanan sebagai seorang "pendamping" yang baik. Ia memainkan peran fisik, peran emosional-spiritual, dan peran sosial yang penting, dan semua dengan sama ajeknya. Inilah yang membuat kesehari-harian tidak menjadi monolitik, sehingga penggeng eyem Pak Joyoboyo bisa menghadirkan suasana hati yang berlainan: bacchanalian campur sexist (dada mentok itu begitu "empuk, ayu, dan cokelat"); semeleh, karena di balik nafsu yang terbangkitkan oleh "bau gurih manis bercampur harum", ada keheningan sejenak bagi perjuangan hidup penjajanya….
(Umar Kayam, Sang Gourmet, Laksmi Pamuntjak, TEMPO Edisi 29 April-5 Mei 2002)