Pesan Perdamaian dan Kerja Sama Ilmu Pengetahuan

Megawati Soekarnoputri memberikan kuliah umum di Universitas St. Petersburg, Rusia. 

Iklan

Minggu, 29 September 2024

Setelah menempuh sebelas jam perjalanan udara dari Jakarta, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mendarat di Bandara Udara Pulkovo, Rusia, pada Sabtu, 14 September 2024. Megawati bersama rombongan yang terdiri atas ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDIP), Ahmad Basarah; anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Herman Herry; Duta Besar RI untuk Federasi Rusia, Jose Tavares; dan Duta Besar Dunia Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Teknologi untuk St.Petersburg University, Connie Rahakundini Bakrie, menuju St. Petersburg dan tiba sekitar pukul 19.00 waktu Rusia.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, mengatakan sejumlah kegiatan Megawati di Rusia. Salah satunya, pertemuan dengan Rektor Universitas St. Petersburg, Nikolay Kropachev dan memberikan kuliah umum. Agenda penting Ketua Umum PDIP itu, di antaranya menghadiri jamuan makan siang bersama Gubernur St.Petersburg di Balai Kota, menjadi keynote speech di Forum Rektor Universitas se-Rusia dalam acara Hari Ulang Tahun (HUT) Universitas St. Petersburg ke-300, pada Rabu, 18 September 2024.

Ketika menjadi pembicara kunci, Megawati berpidato tentang “Artificial Intelligence, Kemanusiaan, dan Konflik Peradaban”. Di depan para partner Universitas St. Petersburg, termasuk sekitar 150 rektor kampus di Rusia, Megawati mengajak forum untuk memikirkan ancaman konflik peradaban di masa depan, yang berhubungan dengan kemajuan teknologi. Itu sebabnya, Megawati menitipkan pesan pentingnya perdamaian untuk seluruh bangsa.

Upaya merajut perdamaian itu, menurut Megawati, dapat terbangun melalui gagasan untuk mendirikan kampus bersama antara Indonesia dengan Rusia di berbagai bidang. Mulai dari nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, maupun bioteknologi. Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan, Indonesia membutuhkan bantuan dalam proses ilmu dasar di bidang-bidang tadi dari Rusia. 

“Perlu pendalaman atas rencana ini untuk mendetailkan apa saja andil dari Universitas St. Petersburg dan Indonesia,” katanya. “Pendetailan ini harus bisa memadukan perbedaan paling besar antara Rusia dan Indonesia, yakni Rusia adalah negara kontinen sedangkan Indonesia adalah negara kepulauan.”

Rektor Universitas St. Petersburg, Nikolay Kropachev menyambut gagasan Megawati tersebut. Dia mengatakan, kampusnya siap membahas rencana kolaborasi ini dengan mendirikan kampus bersama. “Ide ini sangat menarik dan kami memiliki banyak penelitian tentang nuklir, perlindungan lingkungan, sampai pemberdayaan perempuan,” kata Nikolay.

Nikolay memaparkan rekam jejak kampus tertua di Rusia itu, yang telah bekerja sama dengan sepuluh negara, di antaranya Cina, Korea Selatan, Italia, Spanyol, dan Serbia. “Kami sangat senang bila ada kesempatan membuka perwakilan di Indonesia,” katanya. Kelanjutannya, St Petersburg University dan BRIN segera membahas detail teknis kerja sama tersebut.

Selama melawat ke Rusia, Megawati melakukan peletakan bunga di Piskaryovskoye Memorial Cemetery, makam korban pengepungan Jerman terhadap Kota Leningrad di Rusia pada Perang Dunia II dan berziarah ke makam Imam Besar Al-Bukhari di Samarkand, Uzbekistan. Megawati juga menerima gelar doktor kehormatan dari Silk Road University, Samarkand.

Berita Lainnya