maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke [email protected].

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Solusi Efisiensi Muatan Logistik

Surat pembaca yang memberi saran dan solusi angkutan logistik yang efektif dan mencegah kecelakaan.

arsip tempo : 172880391499.

Surat Pembaca. tempo : 172880391499.

BANYAK kecelakaan terjadi yang melibatkan truk besar. Kita juga sering melihat truk besar dengan muatan berat melewati jalan tol, jalan raya, bahkan jalan di dalam kota. Di jalan tol dengan batas kecepatan minimal 60 kilometer per jam, truk-truk berat itu berjalan terseok-seok dengan kecepatan rendah, meskipun lalu lintas sedang sepi. Tidak mengherankan banyak terjadi kecelakaan kendaraan menabrak belakang truk dan korbannya meninggal atau mengalami luka berat.

Sering kita dengar pula kecelakaan truk akibat rem blong. Truk dengan muatan berat berlebih pasti tidak akan sesuai dengan desain rem truk tersebut. Karena massa truk itu sangat berat, sistem rem tidak mampu menghentikannya dengan baik, apalagi di jalan menurun. Hal ini seharusnya diketahui pihak berwenang.

Saya sering melihat truk kelas berat di Jalan Lingkar Luar (JORR) Selatan. Gas buang knalpotnya banyak, terutama saat berakselerasi. Karena lalu lintas JORR Selatan sering macet, akselerasi truk sering terjadi. Pengujian emisi seharusnya dilakukan terhadap truk-truk seperti itu. Apalagi di JORR Selatan sering ada truk yang panjang. Mereka banyak yang mengambil lajur tengah yang seharusnya dilarang.

Jalan tol JORR Selatan membelah permukiman warga Jakarta Selatan. Tidak mengherankan, dengan gas buang truk-truk kelas berat sepanjang hari, udara menjadi terpolusi dengan pekat. Jarang bisa dilihat udara jernih di sana.

Seyogianya Kementerian Perhubungan memfasilitasi model bisnis logistik door-to-door yang efisien. Jalan raya dan jalan tol diutamakan untuk lalu lintas manusia. Angkutan logistik jarak menengah-jauh seharusnya tidak menggunakan jalan raya dan jalan tol. Angkutan logistik semestinya menggunakan kapal laut dan kereta api. Di kilometer-kilometer terakhir menuju tujuan, baru logistik diangkut menggunakan truk. Model bisnis seperti itu masih dianggap mahal oleh pelaku usaha karena belum dibuat sistem serta sarana dan prasarana yang mapan. Padahal kita bangsa bahari, punya laut yang mengelilingi pulau-pulau.

Kalau pemerintah bisa memfasilitasinya, ini akan menguntungkan bagi semua pihak. Efisiensi logistik akan tercipta, lapangan pekerjaan terbuka, tingkat kecelakaan di jalan raya menurun, tingkat polusi udara dapat ditekan, dan jalan raya akan lebih efisien untuk pergerakan orang.

Edwin Dewayana
Jakarta Selatan

Tunjangan Guru Belum Cair

SAYA seorang guru di sebuah sekolah menengah atas swasta di Pematangsiantar, Sumatera Utara, yang berstatus guru sertifikasi dengan masa kerja kurang-lebih 28 tahun. Sebenarnya, untuk periode Januari-Juni 2024, surat keputusan tunjangan profesi guru saya sudah terbit pada 28 Juni 2024. Masalahnya, sampai 9 Oktober 2024, tunjangan saya belum cair, sementara teman-teman saya sesama guru sertifikasi sudah menerimanya.

Pertanyaannya, apakah perlu waktu berbulan-bulan untuk pencairan tunjangan sertifikasi saya? Saya hanya guru biasa yang tidak paham birokrasi pemerintah. Namun perlu saya tegaskan, tidak ada gunanya menahan-nahan atau menunda-nunda pencairan tunjangan profesi guru. Tanpa guru, Anda semua tidak bisa menjadi pejabat.

Zainal Abidin
Pematangsiantar, Sumatera Utara

Belajar kepada Negeri Cina

TANGGAL 1 Oktober 1949, Republik Rakyat Cina diproklamasikan. Saat itu Cina adalah negara miskin berpenduduk 540 juta dengan pendapatan per kapita hanya 119 yuan atau US$ 16. Lebih dari separuh perekonomian ditopang sektor pertanian. Setelah Deng Xiaoping memimpin reformasi ekonomi pada 1978, dengan sistem yang dikenal sebagai ekonomi pasar sosialis, ekonomi Cina tumbuh pesat. Pada 2023, produk domestik bruto Cina menjadi 126.058 triliun yuan. Nilai ini setara dengan 17 persen ekonomi dunia sehingga Cina disebut sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia setelah Amerika Serikat.

Pendapatan per kapita Cina pun melonjak menjadi US$ 12.733, yang ditunjang sektor industri jasa dan teknologi serta inovasi. Konsep kebebasan ala Cina adalah bebas dari kemiskinan dan kelaparan serta hidup sejahtera dan aman dari kejahatan. Kemajuan teknologi dan inovasi juga dikembangkan dalam bidang pertanian, yang semula sebagai penopang perekonomian. Sektor pertanian mengadopsi teknologi baru dengan menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memastikan ketahanan pangan dan mendorong revitalisasi perdesaan.

Kontribusi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian mencapai 62,4 persen pada 2022. Sebuah sawah digarap menggunakan teknologi modern, seperti pemakaian drone yang membuat petani meraih pendapatan lebih besar. Ini menekan biaya tenaga kerja manusia. Sungguh Cina mengalami perubahan yang drastis dan spektakuler dari negara agraris ke negara industri.

Indonesia dikenal sebagai negara agraris, tapi masih belum berhasil mencapai swasembada pangan. Tempo edisi akhir September 2024 memuat sampul presiden dan calon presiden sedang mengangkat cangkul menanam padi dan tebu. Sungguh bagai sebuah mimpi yang indah. Presiden Joko Widodo pernah menggagas food estate di Kalimantan Tengah. Hasilnya gagal. Perkebunan singkong 600 hektare dan 17 ribu hektare sawah tidak kunjung panen. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2010 menggulirkan proyek Merauke Integrated Food and Energy Estate seluas 1,2 juta hektare. Proyek ini juga gagal mewujudkan target swasembada pangan. Saat ini sedang digeber food estate di Merauke seluas 2,29 juta hektare untuk mewujudkan swasembada beras pada 2027.

Ada pemeo yang mengatakan, “lakukanlah hal-hal kecil dengan kecintaan yang besar”. Indonesia memiliki ribuan petani yang tersebar di berbagai pulau di Nusantara. Para petani itu dengan tekun dan penuh cinta menggarap sawah dan ladang mereka untuk menghasilkan padi, minimal untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Saya yakin bila para petani kecil ini disatukan akan menghasilkan swasembada pangan bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Dengan demikian, ketahanan pangan kita akan kuat dan kokoh. Transformasi Cina semoga bisa dijadikan contoh bahwa usaha keras disertai niat baik dan kejujuran akan memberikan hasil yang maksimal untuk negara dan bangsa.

Kosmantono
Banyumas, Jawa Tengah

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 13 Oktober 2024

  • 6 Oktober 2024

  • 29 September 2024

  • 22 September 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan