Gregorian Jawa, Minus Latin
DALAM gelap, tiga rubiah bersila di gereja Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono, Selasa dua pekan lalu. Hanya disinari lampu sorot mungil dengan terang seadanya, mereka mulai menabuh gender, salah satu perangkat gamelan Jawa, memberi intro untuk tiga puluh rubiah lain di depan mereka.
Serentak, tapi juga lambat-lambat, para rubiah mulai mendaraskan prolog ibadat penutup atau completorium. Tembang gaya Jawa yang begitu kental pun terlantun memenuhi g
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini