Setelah melakoni perjalanan spiritual yang panjang, penulis dan spiritualis Karen Armstrong kini menawarkan konsep yang dia sebut sebagai compassion atau welas asih kepada dunia. Dia mengkritik Barat dan menawarkan simpati kepada umat Islam—saat berkunjung ke Jakarta pada pertengahan Juni lalu. Jauh sebelum itu, Armstrong sudah hadir melalui buku-bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Tiga puluh tahun hidup soliter, Zarathustra akhirnya memutuskan meninggalkan gubuknya yang sunyi di puncak gunung. Ia merindukan tangan-tangan terkembang, siap menerima pencerahan, hasil kontemplasinya yang panjang dan sulit.
Berbincang sebentar dengan pendeta tua di lereng gunung, Zarathustra melanjutkan perjalanannya sambil bergumam, "Tidak tahukah dia bahwa Tuhan sudah mati? Siapa yang membunuh-Nya?" Bertanya dan menjawab, ia berkata, "Kita, de
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.