Sumpah Darah Di Bukit Keramat
Dipimpin seorang perempuan bernama Aleta Ba'un, mereka berjuang mengusir para perusak alam. Suatu keberanian yang mengilhami suku Amanatun dan Amanuban untuk berbuat serupa. Lewat festival tahunan Ningkam Haumeni, ketiganya bersatu. Tempo menghadiri festival itu dan menyaksikan bagaimana ketiga suku tersebut bersumpah melawan segala bentuk penambangan.
Berjarak sekitar 140 kilometer di sebelah timur laut Kupang, di tepi hutan kawasan bukit batu Nausus dan Anjaf yang keramat, sumpah adat itu digelar pada Kamis pagi terakhir Juli lalu. Dipimpin oleh para usif, amaf, dan meob dari tiga suku, ratusan warga jelata berkumpul mengelilingi sebuah batu besar. Di atas batu itu, selembar kertas putih bertulisan beberapa baris kalimat diletakkan bersama sejumlah perhiasan sumbangan warga. Darah dari sapi
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini