SUDAH sebelas tahun berlalu, tetapi Halida Nuriah Hatta, 29, putri bungsu Almarhum Bung Hatta, tak pernah melupakan kenangan manis dari perjalanannya mengunjungi suku Badui Dalam. "Mencapai daerah itu, medannya sangat sulit, dan orang-orang Badui Dalam sangat ketat menerima orang asing," kata Halida. Jadi, ia punya kisah dengan orang Badui? Bukan. "Pada saat-saat sulit itulah saya kenal dekat dengan Gary." Gary Rachman Makmun Jusuf, 31, orang yang disebut Halida, bukan dari suku Badui, walau ibunya berdarah Sunda. Ia kakak kelas Halida ketika kuliah di FISIP UI. Kemudian mereka berpacaran. Dan, pada 14 Juli depan, Halida dan Gary akan melangsungkan pernikahan. Waktu upacara akad nikah mereka akan mengenakan pakaian adat Sunda, sedangkan pada resepsi pernikahan keduanya memakai busana pengantin Minang. Soalnya, ayah Gary, Makmun Jusuf, yang kini jadi dubes di Sri Lanka, dan juga keluarga Halida, berasal dari Minangkabau. Sebetulnya perkawinan ini sudah direncanakan tahun lalu. "Tertunda gara-gara piano," tutur Halida. Maksudnya, putri proklamator ini terlambat menyelesaikan pendidikan pianonya di Yayasan Perguruan Musik, Jakarta. "Bagi saya, satu urusan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum melangkah ke urusan lain," katanya. Mengapa soal piano begitu penting bagi Halida dibanding urusan perkawinan? "Dengan selesainya pendidikan keguruan piano ini, sekarang saya berhak memberi les piano," kata Halida, yang meraih sertifikat 25 Maret lalu. Ia membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk "gelar" guru piano itu karena juga harus membagi perhatian dengan kuliahnya. "Pelajaran piano saya sempat telantar ketika saya membuat skripsi," ujar Halida sembari mengemukakan contoh. Bulan depan, untuk sementara, lengkap sudah titel yang diraih Halida sebagai wanita: doktoranda, guru piano, dan nyonya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini