Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Atlet Patriot dari Batujajar

Sepak bola mengandalkan kemampuan otak selain fisik. Lalu buat apa pemain Sea Games ditempa ala militer di Batujajar.

16 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LATIHAN militer tak ada hubungannya dengan prestasi sepak bola. Belum pernah ada tim sepak bola dari kesatuan militer mana pun yang berjaya di pentas nasional. Di beberapa kota ada Persatuan Sepak Bola Angkatan Darat, tapi prestasinya tak pernah menjulang. Maka menerapkan resep militer sebagai bagian dari seleksi tim nasional sepak bola usia 23 tahun Sea Games di Palembang sungguh kurang tepat.

Latihan yang disebut character building di Pusat Pendidikan Pasukan Komando Khusus Batujajar, Bandung, bagi atlet sepak bola dan atlet dari sepuluh cabang lain anggota peserta pusat latihan ”Satlak” Prima—itu semestinya dipandang sebagai refreshing saja. Jangka waktunya pun tak perlu dua minggu penuh.

Pemain sepak bola yang tak cakap memanjat dinding atau merayap di gorong-gorong, misalnya, belum tentu tidak terampil mengolah bola. Pemain yang sulit bangun pukul empat pagi belum tentu tak mahir melesakkan bola ke gawang lawan. Pemain sepak bola yang gagal dalam jungle survival tak serta-merta bisa disebut lembek dan cengeng di lapangan hijau. Disiplin yang diharapkan lahir di Batujajar lain sama sekali dengan yang dibutuhkan di lapangan hijau.

Sepak bola merupakan permainan yang tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tapi juga ketajaman otak. Kemampuan membaca permainan dan melakukan manuver tanpa bola membutuhkan kemampuan berpikir prima. Kemampuan yang berkaitan dengan daya pikir ini sejatinya lebih sulit dikembangkan ketimbang kemampuan fisik. Seharusnya seleksi calon pemain tim nasional lebih menekankan faktor inteligensi ini ketimbang faktor fisik. Di Batujajar, penjaringan pemain tim nasional itu agaknya menempatkan penilaian faktor inteligensi jauh di belakang faktor fisik.

Di Batujajar, kata Komandan Latihan ”Satlak” Prima Letnan Kolonel Infanteri Richard Tampubolon, para atlet ditempa agar, ”Sadar bahwa mereka patriot yang akan membela kehormatan bangsa.” Metode membangkitkan semangat berlaga dengan memompa nasionalisme tidak jelek, tapi sudah ketinggalan zaman. Olahraga pada hakikatnya hanyalah sebuah permainan, game di mana harus ada yang kalah dan menang. Bertanding demi kehormatan bangsa bagi atlet akan terasa seperti menanggung beban 200 juta warga Indonesia di pundak. Tekanan begini berat gampang menimbulkan stres, yang justru membuat prestasi tidak maksimal.

Pendekatan nasionalisme untuk mendongkrak prestasi atlet sudah lama digantikan profesionalisme. Atlet mengabdikan diri pada profesi yang dijalaninya. Disiplin bagi seorang profesional menjadi bagian tak terpisahkan. Mereka menempa diri bukan hanya demi medali untuk negaranya, tapi juga demi prestasi dan eksistensi dalam cabang olahraga yang ditekuninya. Prestasi itulah yang mendatangkan sejumlah manfaat bagi dirinya—termasuk manfaat finansial dan pengakuan atas prestasi itu. Negara tempat sang atlet berasal juga akan menikmati ”imbas” prestasi itu.

Selain sikap profesional, yang dibutuhkan pemain­ sepak bola Indonesia adalah pengembangan prestasi­ melalui pendekatan ilmiah. Pendekatan sains untuk mengembangkan potensi diri, mengatasi cedera, dan meningkatkan kapasitas diri masih sangat minim di negeri ini.

Adapun membentuk disiplin sebaiknya tidak dikhotbahkan tapi dicontohkan dalam tindakan. Bila pengurus sepak bola Indonesia bisa seenaknya melanggar aturan, menjadikan lapangan hijau arena judi, mengatur skor sesuai dengan kehendak bos berduit, mustahil disiplin akan ditunjukkan para pemain kendati didera habis-habisan di Batujajar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus