SUASANA sidang tahunan The International Badminton Federation
(IBF) di Hotel Borobudur, Jakarta 30 Mei lalu memuncak seru,
ketika delegasi Swedia angkat bicara tentang pengeluaran Taiwan
dari federasi. "Taiwan (sebelumnya memakai nama Republik of
China sudah menjadi anggota sejak 1958, dan belum pernah
melakukan kesalahan atau pun melanggar ketentuan organisasi,"
kata C.Y. Wong, wakil Taiwan. "Mengapa kami harus dikeluarkan?"
Pembelaan diri Wong itu mendapat dukungan, penuh dari delegasi
Inggeris dan Belanda. Akhirnya usul Swedia itu ditariknya
kembali. Debat mengenai Taiwan lalu ditutup. "Saya gembira
karena kami tetap berada dalam IBF," lanjut Wong. Indonesia,
sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah yang menganut politik 1
Cina, termasuk kelompok yang menginginkan pengeluaran Taiwan.
Berikutnya, giliran delegasi Uni Soviet bicara. Mereka menuntut
pengeluaran Afrika Selatan. Tapi usul itu ditolak sidang.
Alasannya, "delegasi Afrika Selatan tak dapat hadir bukan atas
kehendak sendiri, tak mungkin bisa membela diri." Afrika
Selatan, yang rasis itu, tidak mendapatkan visa masuk ke
Indonesia. Mereka juga gagal menunjuk wakil (dari negara lain)
untuk mengurus kepentingan mereka.
Lowongnya kursi Afrika Selatan dalam sidang tahunan IBF, 1979
tak kurang dipertanyakan wakil Selandia Baru dengan mengutik
jaminan tuan rumah tahun lalu di Christchurch bahwa semua
delegasi bisa masuk Indonesia. Tapi, Suharso Suhandinata dari
Indonesia pandai mengelak. "Kami sih menginginkan semua delegasi
bisa hadir," katanya seperti dituturkan kembali kepada TEMPO.
Tapi, "bagaimana pun kami juga terikat kebijaksanaan
pemerintah." Pemerintah Indonesia tak mempunyai hubungan
diplomatik dengan Afrika Selatan.
Masalah ini berekor bagi Indonesia. Kesepakatan rapat bahwa
sidang tahunan IBF, 1980 bersamaan diselenggarakannya Kejuaraan
Bulutangkis Dunia II di Jakarta masih dibubuhi catatan "Jakarta
akan menjadi tuan rumah, jika sebelum 31 Januari 1980 PBSI sudah
memberikan kepastian bahwa semua delegasi akan mendapat visa,"
ujar Ketua IBF, Stellan Mohlin. Pernyataan itu belum ditanggapi
Indonesia.
Soal Derajat
Adakah dengan tetap bercokolnya Taiwan, masalah persatuan yang
dirintis oleh pribadi tokoh bulutangkis IBF dan WBF di Bandung,
2 pekan lalu akan jadi kenyataan? "Sulit untuk dijawab
sekarang," lanjut Mohlin. Tapi, "saya yakin suatu ketika nanti
kedua badan ini akan bersatu." Di Bandung, langkah persatuan
disepakati untuk dirintis lewat pembentukan grup kerja. Tapi
IBF, sekalipun telah selesai sidang tahunan, masih belum
menetapkan wakil yang akan duduk dalam grup kerja tersebut.
"Masih difikirkan orang yang tepat untuk itu," ujar Ketua IBF.
"Saya menginginkan, salah seorang di antaranya adalah wakil dari
Indonesia." Grup kerja ini akan terdiri 3 wakil dan 2 cadangan
dari masing-masing organisasi.
Tapi, bekas Sekjen IBF, Herbert Scheele tampak pesimis terhadap
ide persatuan ini. "IBF dan WBF bukan lembaga yang sederajat,"
katanya. Ucapan itu ditanggapi Mohlin dengan kepala dingin.
"Kita harus menyadari kenyataan adanya WBF," ujarnya.
"Masalahnya, kini bagaimana organisasi bulutangkii lunia ini
bisa dipersatukan."
Ketua Persatuan Bulutangkis RRC, Chu Tze sebelum -- meninggalkan
Jakarta, akhir Mei kemarin prinsipnya menyokong penuh gagasan
yang dituangkan di Bandung. Tapi ia menolak untuk memberikan
komentar, dengan Taiwan tetap di IBF kemungkinan titik temu
dapat dicapai. "Pokoknya, suatu saat persatuan akan terwujud,"
ujar Chu Tze. "Masalah Taiwan biarlah grup kerja nanti
membicarakannya."
Keputusan lain yang ditelorkan sidang tahunan IBF di Jakarta
adalah kesepakatan memperbolehkan anggota IBF dan WBF mengadakan
pertandingan persahabatan. Sebelum ini, sama sekali tak
diperkenankan IBF. Di samping itu juga disepakati adanya
Kejuaraan Bulutangkis Terbuka dengan hadiah uang. Craig Reedie,
koordinator dari turnamen 'bayaran' ini mengatakan bahwa
pertandingan pertama akan diselenggarakan 15 September depan di
Worthing, Inggeris. Turnamen direncanakan akan berhadiah ? 2.000
(Rp 2,6 juta).
Juga disetujui adanya pemain berlisensi (licensed player), yakni
mereka yang menanggalkan status amatirnya. Mereka kehilangan hak
untuk mengikuti pertandingan seperti di Asian Game atau SEA
Games. Tapi diperkenankan memperkuat tim Piala Thomas atau Piala
Uber.
Indonesia, menurut Ketua PBSI, Sudirman tetap memilih status
amatir. "Ini untuk menjaga agar pemain kita boleh bertanding di
Asian Games maupun SEA Games," katanya. Tapi, tidak berarti
pemain Indonesia tak diperkenankan mengikuti Kejuaraan
Bulutangkis Terbuka yang berhadiah uang. "Hanya saja hadiahnya
tak boleh langsung diterima mereka, tapi harus diserahkan kepada
PBSI," kata Sudirman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini