Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Taiwan Masih Di Situ

Sidang tahunan IBF di Jakarta, selain Taiwan, Afsel diusulkan keluar dari IBF. Anggota IBF & WBF boleh mengadakan pertandingan persahabatan & disepakati adanya kejuaraan terbuka dengan hadiah uang. (or)

9 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA sidang tahunan The International Badminton Federation (IBF) di Hotel Borobudur, Jakarta 30 Mei lalu memuncak seru, ketika delegasi Swedia angkat bicara tentang pengeluaran Taiwan dari federasi. "Taiwan (sebelumnya memakai nama Republik of China sudah menjadi anggota sejak 1958, dan belum pernah melakukan kesalahan atau pun melanggar ketentuan organisasi," kata C.Y. Wong, wakil Taiwan. "Mengapa kami harus dikeluarkan?" Pembelaan diri Wong itu mendapat dukungan, penuh dari delegasi Inggeris dan Belanda. Akhirnya usul Swedia itu ditariknya kembali. Debat mengenai Taiwan lalu ditutup. "Saya gembira karena kami tetap berada dalam IBF," lanjut Wong. Indonesia, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah yang menganut politik 1 Cina, termasuk kelompok yang menginginkan pengeluaran Taiwan. Berikutnya, giliran delegasi Uni Soviet bicara. Mereka menuntut pengeluaran Afrika Selatan. Tapi usul itu ditolak sidang. Alasannya, "delegasi Afrika Selatan tak dapat hadir bukan atas kehendak sendiri, tak mungkin bisa membela diri." Afrika Selatan, yang rasis itu, tidak mendapatkan visa masuk ke Indonesia. Mereka juga gagal menunjuk wakil (dari negara lain) untuk mengurus kepentingan mereka. Lowongnya kursi Afrika Selatan dalam sidang tahunan IBF, 1979 tak kurang dipertanyakan wakil Selandia Baru dengan mengutik jaminan tuan rumah tahun lalu di Christchurch bahwa semua delegasi bisa masuk Indonesia. Tapi, Suharso Suhandinata dari Indonesia pandai mengelak. "Kami sih menginginkan semua delegasi bisa hadir," katanya seperti dituturkan kembali kepada TEMPO. Tapi, "bagaimana pun kami juga terikat kebijaksanaan pemerintah." Pemerintah Indonesia tak mempunyai hubungan diplomatik dengan Afrika Selatan. Masalah ini berekor bagi Indonesia. Kesepakatan rapat bahwa sidang tahunan IBF, 1980 bersamaan diselenggarakannya Kejuaraan Bulutangkis Dunia II di Jakarta masih dibubuhi catatan "Jakarta akan menjadi tuan rumah, jika sebelum 31 Januari 1980 PBSI sudah memberikan kepastian bahwa semua delegasi akan mendapat visa," ujar Ketua IBF, Stellan Mohlin. Pernyataan itu belum ditanggapi Indonesia. Soal Derajat Adakah dengan tetap bercokolnya Taiwan, masalah persatuan yang dirintis oleh pribadi tokoh bulutangkis IBF dan WBF di Bandung, 2 pekan lalu akan jadi kenyataan? "Sulit untuk dijawab sekarang," lanjut Mohlin. Tapi, "saya yakin suatu ketika nanti kedua badan ini akan bersatu." Di Bandung, langkah persatuan disepakati untuk dirintis lewat pembentukan grup kerja. Tapi IBF, sekalipun telah selesai sidang tahunan, masih belum menetapkan wakil yang akan duduk dalam grup kerja tersebut. "Masih difikirkan orang yang tepat untuk itu," ujar Ketua IBF. "Saya menginginkan, salah seorang di antaranya adalah wakil dari Indonesia." Grup kerja ini akan terdiri 3 wakil dan 2 cadangan dari masing-masing organisasi. Tapi, bekas Sekjen IBF, Herbert Scheele tampak pesimis terhadap ide persatuan ini. "IBF dan WBF bukan lembaga yang sederajat," katanya. Ucapan itu ditanggapi Mohlin dengan kepala dingin. "Kita harus menyadari kenyataan adanya WBF," ujarnya. "Masalahnya, kini bagaimana organisasi bulutangkii lunia ini bisa dipersatukan." Ketua Persatuan Bulutangkis RRC, Chu Tze sebelum -- meninggalkan Jakarta, akhir Mei kemarin prinsipnya menyokong penuh gagasan yang dituangkan di Bandung. Tapi ia menolak untuk memberikan komentar, dengan Taiwan tetap di IBF kemungkinan titik temu dapat dicapai. "Pokoknya, suatu saat persatuan akan terwujud," ujar Chu Tze. "Masalah Taiwan biarlah grup kerja nanti membicarakannya." Keputusan lain yang ditelorkan sidang tahunan IBF di Jakarta adalah kesepakatan memperbolehkan anggota IBF dan WBF mengadakan pertandingan persahabatan. Sebelum ini, sama sekali tak diperkenankan IBF. Di samping itu juga disepakati adanya Kejuaraan Bulutangkis Terbuka dengan hadiah uang. Craig Reedie, koordinator dari turnamen 'bayaran' ini mengatakan bahwa pertandingan pertama akan diselenggarakan 15 September depan di Worthing, Inggeris. Turnamen direncanakan akan berhadiah ? 2.000 (Rp 2,6 juta). Juga disetujui adanya pemain berlisensi (licensed player), yakni mereka yang menanggalkan status amatirnya. Mereka kehilangan hak untuk mengikuti pertandingan seperti di Asian Game atau SEA Games. Tapi diperkenankan memperkuat tim Piala Thomas atau Piala Uber. Indonesia, menurut Ketua PBSI, Sudirman tetap memilih status amatir. "Ini untuk menjaga agar pemain kita boleh bertanding di Asian Games maupun SEA Games," katanya. Tapi, tidak berarti pemain Indonesia tak diperkenankan mengikuti Kejuaraan Bulutangkis Terbuka yang berhadiah uang. "Hanya saja hadiahnya tak boleh langsung diterima mereka, tapi harus diserahkan kepada PBSI," kata Sudirman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus