Piala Eropa kembali bergulir. Di tengah situasi Eropa yang kini dijangkiti fobia terhadap kaum imigran, perhelatan di Prancis selama sebulan suntuk, mulazi Jumat pekan ini, justru merayakan keberadaan kaum pendatang yang berperan sangat penting dalam menggerakkan industri sepak bola. Jumlah pemain yang hijrah dari tanah leluhurnya pun terus melonjak. Tempo menyusuri lagi sudut-sudut perkampungan imigran yang melahirkan bintang-bintang sepak bola kiwari.
Kandang Monyet. Nama itulah yang diberikan orang-orang di Gelsenkirchen, Jerman, untuk lapangan sepak bola yang terletak di Olgastrasse. Penyebabnya simpel saja: lapangan yang punya nama asli Bolzplatz itu dikelilingi pagar besi setinggi tiga meter. Mirip affenkäfig alias kandang monyet.
Namun "kandang monyet" itu tetap menjadi tempat favorit. Siang itu, awal Mei lalu, tiga monyet, eh, tiga anak terlihat sedang asyik bermain bola. Maklum, cuaca
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.