Perginya Pelopor Perempuan Wartawan
KABAR duka itu datang begitu mendadak pada Jumat dua pekan lalu. Melalui sambungan telepon, seorang kawan, Muktiah Mashud, mengabarkan bahwa Herawati Diah meninggal. Saya langsung menangis. Di benak saya terlintas kembali kenangan pertemuan dengan Bu Diahdemikian saya selalu memanggilnyaketika saya diterima bekerja di harian Indonesian Observer pada 1967.
"Mengapa Anda ingin jadi wartawan?" tanya seorang wanita yang kelihatan sangat tenang kala it
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini