Sang Pendobrak dari Tebuireng
MENATAP wajahnya, saya membayangkan ia hanya tertidur sebentar, seperti kebiasaannya bila berada di dalam mobil yang membawanya berkeliling pesantren atau ke pelosok desa tak beraspal. Tapi hari ini lain. Ribuan orang melantunkan salawat, menangis sesenggukan, bertahan berjam-jam sedari subuh, bertarung melawan panas menyengat langit Tebuireng.
Saya tak hendak membangunkanmu, Gus, seperti sebelum hari ini. Tapi saksikan, Gus, dengarkan tahlil da
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini