maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Agus Budiman:

AGUS Budiman tiba-tiba ngetop. Sepanjang pekan lalu, peraih gelar diploma Ing. di bidang arsitektur di Fachhoschule, Hamburg, Jerman, itu menjadi bahan perbincangan ramai di seluruh dunia. Anak muda 31 tahun itu oleh stasiun televisi Fox disebut sebagai penghubung pembajak pesawat paling spektakuler abad ini, Muhammad Atta, pelaku tragedi World Trade Center, 11 September. Anak Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ini ditahan karena didakwa membantu Muhammad bin Nasir Belfas mendapatkan surat identitas palsu di Virginia. Si Belfas ini dalam dokumen FBI disebut sebagai penghubung Usamah bin Ladin. Ditahannya Agus membuat Jakarta kalang-kabut. Tekad untuk mencarikan pengacara digeber. Upaya klarifikasi pun terus dilakukan. Mungkin itu sebabnya, seperti kata Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Agus ditahan hanya karena melanggar batas masa tinggal (overstay) dan bekerja tanpa izin. Keterkaitannya dengan terorisme belum diutak-atik. Meski begitu, orang tua Agus di Jakarta, Abron Ishak dan istrinya, Fatimah Abron, harus menyingkir dari rumahnya di kawasan Tanjungduren Timur, Jakarta Barat. Mereka menghindar dari pertanyaan tetangga dan kejaran pers. "Mereka menginap di rumah saudara yang lain," ujar Arul, paman Agus, yang menunggui rumah. Sementara itu, di tahanan, Agus diperlakukan dengan baik. Meski begitu, menurut penuturan Achmad Faisal, adiknya, badannya terlihat lebih kurus. Anak sulung dari lima bersaudara itu tadinya mengira kasusnya sederhana dan tak berbahaya. Agus tetap berpuasa walau ia tak bisa menyantap menu penjara yang "asing" di lidahnya. Karena itu, ia pernah minta uang kepada adiknya. "Uang itu dipakai untuk membeli mi di penjara," ujar Faisal sedih. Selama kakaknya di penjara, memang Faisallah yang full-time mengurus keperluannya. Ia boleh berkunjung dua kali seminggu, masing-masing sejam. Wartawan TEMPO di Washington, DC, Ahmad Fuadi, berhasil mewawancarai penggemar tenis meja itu. Pertanyaan dititipkan pada Faisal dan jawaban Agus direkam. Berikut ini wawancara itu.

arsip tempo : 171415606554.

. tempo : 171415606554.
Bagaimana sikap Anda ketika media mengaitkan Anda dengan aksi teroris 11 September? Kecewa dan itu sama sekali tidak benar! Saya sendiri kaget. Saya waktu itu (saat dua pesawat menabrak WTC, 11 September—Red) sedang di rumah, sedang chatting dengan Anna, seorang teman di Jakarta. Malah Anna yang memberitahukan pertama kali. Saya tidak tahu apa-apa. Media massa seharusnya mengecek dulu kebenaran informasi itu. Media mendapat informasi dari F...

Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.

Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini

PILIHAN TERBAIK

Rp 54.945/Bulan

Aktif langsung 12 bulan, Rp 659.340

  • *Anda hemat -Rp 102.000
  • *Dijamin update hingga 52 edisi Majalah Tempo

Rp 64.380/Bulan

Aktif setiap bulan, batalkan kapan saja

  • *GRATIS untuk bulan pertama jika menggunakan Kartu Kredit

Lihat Paket Lainnya

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 21 April 2024

  • 14 April 2024

  • 7 April 2024

  • 31 Maret 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan