Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HASIL survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang dilansir pada Selasa pekan lalu menyatakan penyebaran isu tentang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) menjadi masalah yang berpotensi menghambat Pemilihan Umum 2019. "Para ahli mengatakan potensi yang bisa menghambat penyelenggaraan pemilu yang tertinggi adalah politisasi SARA dan identitas, mencapai 23,6 persen," ujar koordinator survei ahli LIPI, Esty Ekawati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain dua hal itu, hasil survei tersebut mengungkap sejumlah faktor yang bisa menghambat pemilu, yakni konflik horizontal antar-pendukung calon, gangguan keamanan, kekurangsiapan penyelenggara pemilu, dan ketidaknetralan penyelenggara pemilu. Menurut peneliti LIPI, Syarif Hidayat, isu SARA yang kerap muncul tidak terjadi di tingkat akar rumput. "Seperti yang terjadi pada pilkada DKI, yang memanipulasi adalah elite politik," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satu-satunya cara mengatasi berkembangnya isu SARA, menurut Syarif, adalah mengajak seluruh masyarakat ikut mengimbau elite politik agar tidak memanfaatkan isu SARA demi kepentingan politik jangka pendek. Hasil survei ini juga memaparkan potensi masalah yang muncul dalam Pemilu 2019 lainnya, yaitu sengketa hasil pemilu, ketidaknetralan birokrasi, tidak menggunakan hak, dan penggunaan kekerasan dalam pemilu.
Survei yang dilakukan pada April-Juli 2018 ini melibatkan 145 ahli berlatar belakang bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan-keamanan di sebelas provinsi. Penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling dengan menerapkan teknik purposive sampling.
Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Arsul Sani mengatakan ada sejumlah tokoh politik yang kerap mengembangkan isu SARA untuk menjatuhkan lawan politiknya. "Isu SARA akhirnya menggelinding di kalangan rakyat dan membesar," ujarnya.
Peta Masalah Pemilu
POLITISASI suku, agama, ras, dan antargolongan serta identitas akan berdampak pada konsolidasi demokrasi di Indonesia. Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memotret fenomena tersebut.
Penghambat Pemilu
SARA dan politik identitas 40%
Intoleransi 21%
Radikalisme 10%
Rasa saling curiga dalam masyarakat 7%
Hoax 7%
Lainnya 33%
Potensi Permasalahan
Sengketa hasil pemilu 76,6%
Ketidaknetralan birokrasi 66,2%
Tidak menggunakan hak suara 53,1%
Penggunaan kekerasan dalam pemilu 32,4%
Toleransi Lima Tahun Terakhir
Buruk 55,2%
Sangat buruk 7,6%
Baik 32,4%
Sangat baik 4,8%
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo