Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gegap-gempita hitung cepat hasil pemilihan umum legislatif Rabu pekan lalu tak melanda Partai Demokrat. Kantor pusatnya di Kramat Sentiong, Jakarta Pusat, sunyi sepi siang itu. Tempo cuma mendapati seorang petugas keamanan di sudut lantai dasar sedang menonton berita pemilu di televisi. Sesekali dia memainkan jemarinya di perangkat berlayar sentuh.
Suasana di kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor, setali tiga uang. Tenda hajatan berwarna putih buat acara zikir akbar pada malam sebelumnya belum dibongkar. Tiga televisi berlayar datar dipasang di teras pendapa menyiarkan hitung cepat berbagai lembaga survei.
Lebih banyak anggota Pasukan Pengamanan Presiden yang terlibat ketimbang pengurus partai. Yang tampak hanya Wakil Sekretaris Jenderal Andi Nurpati, Ketua Dewan Kehormatan Amir Syamsuddin, Sekretaris Jenderal Edhie Baskoro Yudhoyono, dan Direktur Eksekutif Totok Riyanto. "Mereka sedang berada di daerah pemilihan masing-masing," kata Nurpati kepada Tempo.
Hasil hitung cepat, yang diprediksi tak jauh berbeda dengan hasil akhir Komisi Pemilihan Umum, menempatkan Demokrat di posisi keempat dengan perolehan suara sekitar 9 persen. Partai pemenang Pemilu 2009 ini tertinggal di belakang PDI Perjuangan, Golkar, dan Gerindra. Target 15 persen pun meleset jauh. Bahkan kemerosotannya tajam dibanding hasil Pemilu 2009, yang mencapai 20,85 persen.
Nurpati malah menyatakan perolehan itu melegakan. Mantan anggota KPU ini beralasan, kebanyakan hasil sigi sebelum pemilu memprediksi Demokrat hanya bakal mendulang suara 5-6 persen. Target perolehan suara tak tercapai, niat mengusung calon presiden pun langsung letoi.
Hajatan konvensi untuk menjaring calon presiden yang digelar sejak September tahun lalu terancam kehilangan guna. "Kami akan mendiskusikan ini dengan peserta konvensi," ujar juru bicara Demokrat, Rachland Nashidik, kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Ia menerangkan, jika target suara 15 persen tercapai, Demokrat percaya diri mengajukan calon presiden. Itu pun kalau elektabilitas calon hasil konvensi mendekati elektabilitas kompetitor. "Di bawah 5 persen dari kompetitor, kami masih beranilah." Kenyataannya, selain suara partai jeblok, tingkat elektabilitas nasional Dahlan Iskan sebagai jagoan di konvensi cuma 3 persen, jauh di bawah Joko Widodo, Aburizal Bakrie, atau Prabowo Subianto. "Peserta harus berunding dengan Demokrat," ucap Rachland.
Sebelas tokoh berlaga dalam konvensi yang dimulai 22 September 2013 dan direncanakan berakhir bulan ini setelah pemilu legislatif 9 April. Mereka adalah Ali Masykur Musa, Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, dan Sinyo Harry Sarundajang.
Konvensi yang diharapkan mampu mendongkrak popularitas Demokrat itu direncanakan dengan hebat. Ada road show keliling Indonesia lengkap dengan debat terbuka yang disiarkan televisi ke seantero Nusantara. Pemenang konvensi bakal ditentukan dengan hasil survei nasional, bukan pemilihan oleh kader partai seperti yang dilakukan Golkar pada 2004. Survei digelar dua kali, yakni pada Januari dan April 2014. Tapi penentu akhir tetap Majelis Tinggi Demokrat, yang diketuai Yudhoyono.
Tetap saja konvensi tak menggema. Saat perhelatan itu baru dimulai, Komisi Penyiaran Indonesia sudah menyemprit TVRI lantaran melakukan blok waktu siaran tunda deklarasi konvensi di Hotel Grand Sahid Jakarta pada 15 September tahun lalu. Dari Dewan Perwakilan Rakyat muncul tuntutan agar Direktur Utama TVRI Farhat Syukri segera dicopot. Acara konvensi pun menjadi sepi—ditambah pendanaan yang seret. Walhasil, perhelatan berbiaya tak sampai Rp 50 miliar itu tak menjadi perbincangan publik.
Menurut Sekretaris Komite Konvensi Suaidi Marasabessy, road show, yang ditunda karena pemilu, tak jadi diteruskan gara-gara perolehan suara yang minim. Partai memutuskan cooling down sambil memikirkan alternatif lain. Suaidi menuturkan, partainya membuka peluang berkoalisi dengan Golkar dengan menyiapkan calon wakil presiden bagi Aburizal Bakrie dari Golkar. Calon wakil presiden bisa diambil dari hasil konvensi atawa tokoh luar. "Kalau soal calon wakil presiden, yang memutuskan Majelis Tinggi," ucapnya.
Ketua tim sukses Dahlan Iskan, Amal Al Ghazali, menyadari Demokrat tak mungkin mengusung calon presiden. "Kami tahu dirilah," ujar pengurus pusat Demokrat ini. Namun opsi menyorongkan calon wakil presiden juga tak pernah dibahas selama konvensi. "Saya berfokus di pencapresan," kata Anies, calon pemenang kedua konvensi.
Anies, yang juga Rektor Universitas Paramadina, yakin Demokrat masih berpeluang menjadi lokomotif koalisi dan memimpin partai-partai menengah hasil Pemilu 2014. Apalagi Demokrat belum memutuskan calon presiden. Soal koalisi, Rachland ingin Demokrat berperan dalam mengimbangi laju Prabowo, calon presiden dari Gerindra. Itu sebabnya, perlu dipikirkan membentuk koalisi strategis dengan partai-partai lain yang berpendirian sama menjelang pemilu presiden.
Penyelenggaraan konvensi, menurut sumber Tempo yang mengetahui pembahasan awal konvensi, diniatkan melahirkan tokoh alternatif untuk menghadang Prabowo. Kala itu, Jokowi, calon presiden PDI Perjuangan, belum muncul di orbit politik nasional. Sumber ini menambahkan, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie dipandang bakal kandas kalau berhadapan dengan Prabowo.
Kini Demokrat tampaknya berupaya lebih realistis. Menurut Rachland, Yudhoyono pernah menyampaikan kemungkinan Demokrat menjadi oposisi. "Menjadi oposisi juga terhormat dalam demokrasi," Rachland menegaskan.
Kartika Candra
Terdepak ke Tengah
Survei Centre for Strategic and International Studies menunjukkan suara Partai Demokrat turun karena dipicu sejumlah momen kritis. Dan aneka momen itu umumnya mencoreng citra partai ini.
September 2012
Sidang perdana Angelina Sondakh
Survei Januari 2013
Partai Demokrat 12,6%
Februari 2013
Anas Urbaningrum ditetapkan menjadi tersangka
Survei April 2013
Partai Demokrat 7,1%
Oktober 2013
Andi Mallarangeng ditahan
Survei November 2013
Partai Demokrat 7%
Maret 2014
Partai Demokrat 5,8%
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo