Gajah Mati Juga Harus Dihitung
Sebuah sore yang lembap di tepian Waduk Kotopanjang. Puluhan lelaki duduk berderet di bawah pohon karet. Mereka menunggu balok-balok kayu tebangan yang diangkut rakit dari hutan di seberang waduk. Ketika rakit merapat, mereka berebut menyeret, memanggul, lalu menaikkan kayu ke bak belakang truk yang menunggu di pinggir jalan. "Sehari paling saya dapat upah Rp 5.000," kata Syarifudin, 53 tahun, laki-laki berambut putih, ayah enam anak.
Syarifu
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini