SANDERA warga Barat terakhir akhirnya direncanakan dibebaskan oleh kelompok Hizbullah proIran yang bermarkas di Libanon, awal pekan ini. Pilihan saling menukar sandera dinilai upaya yang pas. Paling tidak masalah ini sudah dibicarakan selama 60 hari oleh wakil pemerintah Libanon, Suriah, Iran, dengan Jerman. Sumber Iran dan Jerman juga menegaskan bahwa Presiden Iran Ali Akbar Hashemi Rafsanjani telah menerima surat dari Kanselir Helmut Kohl. Surat itu persisnya menyangkut nasib dua sandera Jerman yang akan dibarter dengan dua orang Partai Allah. Tampaknya, perubahan suhu politik di kawasan Timur Tengah seusai Perang Teluk yang menyebabkan hal ini bisa terjadi. Iran, misalnya. Presiden Rafsanjani mulai membuka koridor bagi negaranegara Barat untuk menanam modal di negerinya. Rafsanjani juga menyatakan bahwa menyandera bukanlah cara simpatik untuk menarik perhatian dunia. Makanya, Rafsanjani giat menjembatani pembebasan sandera warga Barat. Entah derita apa saja yang dialami dua pekerja sosial warga Jerman itu. Heinrich Struebig, 51 tahun, dan Thomas Kemptner, 31 tahun, ditangkap kelompok Partai Allah ketika sedang ikut misi kemanusiaan di wilayah peperangan itu. Konon, mereka disekap di sebuah tempat di sebelah selatan bandar Sidon, sejak bulan Mei 1989. Pihak Hizbullah menuntut, dua pekerja sosial itu harus dibarter dengan Mohammad Ali Hamadi dan Abbas Hamadi, dua bersaudara yang kini mendekam di penjara Bonn. Ali adalah salah satu pelaku pembajakan pesawat AS TWA di Beirut, pada 1985. Ia dihukum penjara seumur hidup. Adapun Abbas, yang dijatuhi 13 tahun penjara, terlibat dalam penyanderaan dua orang bisnis berkebangsaan Jerman. Dua teroris itu begitu mereka disebut adalah adikadik Abdel Hadi Hamadi, komandan keamanan Hizbullah. Yang ditunggu awal pekan ini adalah persetujuan pihak Jerman itu. Sebab, sejak zaman barter sandera dengan tawanan, Jerman selalu menolak membebaskan dua bersaudara Hamadi. Mungkin kini Jerman punya pertimbangan lain. SI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini