Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari itu merupakan akhir pekan yang istimewa bagi kota pelabuhan Rotterdam, Belanda. Polisi berlapis-lapis menjaga ketat gedung pengadilan, Sabtu 19 Maret lalu, sambil mengawasi aksi sekelompok imigran Kurdi-Irak di luar gedung. Pengunjuk rasa mengusung spanduk bertuliskan "Halabja Tak Akan Terulang Lagi". Beberapa di antaranya mengacungkan foto keluarga. "Kami di sini ingin melihat lelaki yang berbuat jahat terhadap rakyat Kurdi," ujar Sherzzad Rozbayani, peserta aksi warga Kurdi Irak yang kini menetap di Belanda.
Di dalam ruang pengadilan, duduk di kursi terdakwa seorang pria menjelang usia senja. Dialah Frans van Anraat, 62 tahun, warga negara Belanda pertama yang didakwa terlibat dalam kejahatan perang dan pembersihan etnis Kurdi. Jaksa Fred Teeven menuduh Van Anraat memasok ribuan ton bahan mentah kimia, thiodyglycol, untuk memproduksi senjata kimia gas mustard oleh rezim Saddam Hussein.
Dengan gas itu Saddam memerangi Iran dalam perang Irak-Iran pada 1980-1988. Dalam operasi yang terkenal dengan sebutan "Operasi Anfal" pada 1988, pasukan Saddam melepas gas mustard di wilayah Kurdi Irak. Akibatnya, 10 ribu penduduk sipil tewas. Juga termasuk serangan di Kota Halabja pada Maret 1988 yang mengaki-batkan 5.000 orang tewas. Kini Saddam dan keponakannya, Ali Hassan al-Majid, yang dikenal dengan julukan "Chemical Ali", menghadapi pengadilan khusus penjahat perang di Irak.
Jaksa menuduh Van Anraat mengapalkan thiodyglycol dari Amerika Serikat ke Eropa, Jepang, dan Timur Jauh. Teeven mengaku punya bukti upaya Van Anraat menutupi jejak paket ekspornya ke pabrik di Irak. Teeven juga punya bukti pembayaran dari Irak ke rekening bank Van Anraat di Swiss. "Van Anraat mungkin satu-satunya pemasok bahan kimia untuk rezim Saddam Hussein setelah 1986," kata Teeven. Apalagi, Teeven melanjutkan, Van Anraat sepenuhnya sadar bahwa bahan kimia itu akan digunakan untuk senjata kimia.
Jika tuduhan terbukti, Van Anraat menghadapi hukuman seumur hidup. Sejumlah korban dan keluarga korban senjata kimia Saddam Hussein siap mengajukan gugatan ganti rugi 10 ribu euro per kepala.
Van Anraat sendiri mengaku mengapalkan bahan kimia ke Irak atas permintaan Kementerian Perminyakan Irak. "Tapi saya tidak tahu tujuan penggunaannya," katanya. Apalagi, tak ada bukti meyakinkan yang menghubungkan bahan kimia yang ia pasok dengan senjata kimia yang digunakan Irak.
Bisnis "haram" Van Anraat terendus penyidik kriminal AS beberapa tahun silam. Ia ditangkap di Milan, Italia, pada 1989 atas permintaan AS dan ditahan selama dua bulan. Anehnya, AS tak mengajukan permintaan ekstradisi dan bahkan mencabut perintah penangkapan. Padahal badan imigrasi AS memasukkan nama Van Anraat dalam daftar 10 orang yang paling dicari.
Maka, Van Anraat pun melenggang dari kerangkeng di Milan. Ia terbang ke Bagdad dan hidup nyaman selama 14 tahun dengan nama baru: Faris Mansoor Rashid al-Bazas. Tapi hidup Faris Mansoor terusik ketika AS menyerbu Irak pada 2003. Ia kabur menyeberang perbatasan Suriah dengan taksi pada April 2003 dan terbang ke Belanda. Di bagian barat Amsterdam, kementerian dalam negeri dan badan intelijen Belanda, AIVD, memfasilitasinya sebuah rumah.
Kepulangan Van Arnaat belakangan mulai menebar bau busuk. Media Belanda menjulukinya "Chemical Ali Belanda". Sejumlah anggota parlemen mendesak pemerintah mengusut kasus Van Anraat. "Pemerintah Belanda membantunya pulang dan menolak menyidik kasusnya," ujar Krista van Velzen, anggota parlemen.
Jamak muncul tuduhan ia bekerja sama dengan AIVD dalam program senjata Irak. Imbalannya, jaminan tak tersentuh hamba wet dan bisa hidup nyaman di Belanda. "Klien saya di bawah perlindungan kementerian dalam negeri dan badan intelijen," ujar Willem van Schaik, pengacara Van Arnaat. Tapi toh polisi menangkapnya, Desember tahun silam. Saat itu ia diduga akan kabur ke luar negeri.
Perlindungan pemerintah Belanda dan keputusan AS mencabut perintah penangkapan terhadap Van Anraat mengundang curiga. Maklum, ketika Anraat memasok Irak dengan bahan kimia itu, AS juga memasok senjata agar Saddam Hussein sukses menghajar kaum mullah di Teheran. Satu kebetulan, atau Anraat adalah salah satu paket bantuan Washington untuk Saddam? Pengadilan di kota pelabuhan Rotterdam akan menjawabnya.
Raihul Fadjri (AFP, The Guardian, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo