Dua Cerita Pecundang
”Aku telah membunuh orang.”
Alexio Elu terus mengunyah sirih dan berbicara. Ludahnya merah, kadang menempel pada misainya yang melengkung dan tidak begitu lebat itu. Beberapa kali ia mengulangi kalimat di atas, seraya mengurai adegan demi adegan: dua kali ia menghantam tengkuk orang yang tak dikenalnya itu dengan kayu, tapi korban masih bernapas. Akhirnya Komandan Ulan, pemimpin milisia prointegrasi di desanya pada 1999, menyuruhnya: tujuka
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini