Pergolakan yang Tak Pernah Padam
BUKU kecil berwarna hijau dengan gambar kepalan tangan yang gempal di sampulnya itu saya kenal pertama kali sewaktu masih belajar di pesantren pada awal 1980-an. Saya melihat sejumlah santri dengan sembunyi-sembunyi membaca buku itu. Agar tak ketahuan, mereka menaruh buku itu di sela-sela kitab berbahasa Arab. Dari luar, mereka tampak seolah-olah membaca kitab, padahal sedang menikmati sebuah buku yang dianggap ”berbahaya” oleh banyak tokoh I
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini