Hanya dalam hitungan hari, 2004 akan pungkas, lalu teronggok di tumpukan kalender masa silam. Yang tertinggal: sejumlah peristiwa, sejumlah momen bersejarah. Tempo mencatat momen itu, terutama yang kami anggap menyumbangkan perbaikan signifikan dalam kehidupan berdemokrasi atau merupakan terobosan dalam rupa-rupa bidang. Di balik tabir setiap momen itu, terpatrilah wajah sosok atau sekumpulan sosok; bisa tokoh sohor atau orang "biasa". Namun, mereka dibuhul oleh utas benang merah yang sama: melahirkan dan merawat momen terbaik bagi tanah air kita itu. Merekalah yang kami sebut Tokoh 2004 Pilihan Tempo. Kepada Anda sekalian, kami menguakkan wajah mereka di atas helai-helai majalah ini, dalam edisi khusus yang kami persembahkan untuk menutup 2004, tahun yang segera menjadi masa lampau.
Tahun-tahun memiliki avonturirnya sendiri. Keberhasilan dan kegagalan berjalan beriringan, menjadi dinamo bagi perubahan-perubahan. Tapi di sini, di negeri ini, telah lama tak ada dialektika yang betul-betul membuat gerak maju. Persoalan-persoalan dasar dibicarakan sembari tetap tak ada realisasi. Lalu buntu. Atau anakronistis. Kembali mengunyah-ngunyah hal-hal usang.
Seorang Iwan Simatupang pada 1953 memiliki kalimat yang relevansinya te
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.