Si mata merah yang Ingin Hidup 1.000 Tahun
Enam puluh tujuh tahun sudah Chairil meninggalkan kita. Ia meninggal pada 1949 di usia relatif muda: 27 tahun. Ia menderita. Penuh paradoks. Tapi dari kemiskinan penyair kurus berwajah tirus dengan mata merah ini lahir sajak-sajak yang memperkaya bahasa Indonesia. Chairil menjadi sebuah ikon. Riwayat hidup dan puisi-puisinya memperkaya kita semua. Ia adalah perwujudan sepenuhnya dari pepatah Ars longa, vita brevis. Hidup itu singkat, seni itu abadi.
Kita guyah lemah
Sekali tetak tentu rebah
Segala erang dan jeritan
Kita pendam dalam keseharian
Mari berdiri merentak
Diri-sekeliling kita bentak
Ini malam bulan akan menembus awan
Seorang pahlawan tak harus selalu diangkat dari kalangan militer. Tidak pula wajib dimunculkan dari kaum politikus. Dia bisa juga datang dari sosok bohemian yang hidupnya di jalanan. Menggelandang dari satu tempat ke tempat lain, dengan mengidap penyakit tifus
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini