Pada Sebuah Pasar Malam
Banyak yang bersorak: inilah saatnya rakyat bicara, menentukan sendiri pemimpin mereka. Yang lain bergidik, jeri menyaksikan ekses negatif pemilu lokal: bentrok antar-pendukung, politik uang, tokoh antagonis yang tiba-tiba naik panggung.
Ekses tak bisa dihindari, tapi pemilu, bagaimanapun, lebih baik ketimbang tak pemilu. Tanpa pilkada, politik uang, konflik, dan pemimpin buruk bukan tak ada. Zaman berubah. Era pemimpin daerah hanya tokoh titipan dari Jakarta berakhir sudah. Kini saatnya publik bicara.
arsip tempo : 170132184835.

DI balik setiap keriuhan selalu ada cerita. Tersebutlah Mohammad Ramdlan Siraj, Bupati Sumenep, Madura, juga tokoh Nahdlatul Ulama di daerah itu. Dalam pemilu daerah 20 Juni 2005 nanti, Ramdlan akan mencalonkan diri lagi menjadi bupati. Dulu, pada 2001, ia diusung Partai Kebangkitan Bangsa. Kini ia didorong Partai Persatuan Pembangunan.
Yang membuat Ramdlan tak enak tidur, dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) dua minggu lagi ia mesti
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini