Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Berita Tempo Plus

Arsip

17 April 2006 | 00.00 WIB

ti_crash
Perbesar
ti_crash

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempo, 8 April 1989

Tak banyak yang tahu, listrik yang diproduksi Per-usahaan Listrik Negara (PLN) hanya separuh dari produksi lis-trik nasional. Peng-adaan yang separuhnya lagi d-ipenuhi banyak in-dustri besar se-perti Inalum, Inco, Kra-katau Steel, atau Freeport Indo-nesia.

Inalum punya dua pem-bangkit listrik tenaga air (PLTA) berkapasitas 426 megawatt (MW). Padahal kebutuhan pab-rik yang terletak di Kualatanjung, Sumatera Utara, itu cu-ma 380 MW. Kelebihan kapasitasnya dijual kepa-da PLN dengan harga sa-ngat murah, hanya Rp 20 per kWh.

Maklum, biaya pembangkit listrik tenaga air memang paling mu-rah ke-timbang j-enis pem-bang-kit lainnya. Ha-nya, PLTA tak dapat di-bangun di sem-barang tempat dan investasi awal-nya sangat- besar. Tak mengheran-kan bila ba-nyak pihak swas-ta ter-tarik membu-atnya.

Sekarang, perkara setrum kembali menyengat ketika muncul rencana pemerintah memba-ngun pembangkit lis-trik tenaga batu bara tan-pa tender. Terlebih keti-ka sejumlah perusaha-an milik keluarga peja-bat negara disebut-se-but akan di-tun-juk men-jadi kontraktor pemba-ngunan kilang listrik itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus