Bersiap Menghadapi Dampak Resesi Global
“Masyarakat yang kehilangan pemasukan akibat syok ekonomi ini dapat melanjutkan kehidupannya.” #Infotempo
Ancaman resesi global akibat pandemi dikhawatirkan akan berdampak langsung terhadap pekerja Indonesia. Ketika resesi global berdampak ke perekonomian Indonesia, bisa jadi perusahaan akan mengurangi upah karyawannya dan bahkan mem-PHK pekerjanya.
Kekhawatiran yang langsung menyentuh lebih dari 140 juta angkatan kerja di Indonesia ini membuat sejumlah kementerian dan lembaga bersiap. Di antaranya dengan bantuan sosial yang ditujukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat, mendorong konsumsi masyarakat, dan menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional.
Sekretaris Ditjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Surya Lukita Warman menjelaskan, program bantuan untuk masyarakat di Indonesia terbagi menjadi 2 jenis bantuan, yaitu bantuan sosial yang dikelola oleh Kementerian Sosial dan bantuan pemerintah yang dikelola oleh sejumlah kementerian dan lembaga dalam mengantisipasi risiko sosial seperti resesi. “Kami membuat program agar masyarakat tetap dapat hidup layak walaupun ada risiko sosial, dan ini bisa untuk mengatasi resesi,” kata Surya dalam Ngobrol@Tempo Hari Pahlawan Sesi 1: Manfaat Bantuan Sosial Selamatkan Indonesia dari Resesi, yang disiarkan langsung melalui channel Youtube Tempo Media, Jumat, 11 November 2022.
Salah satu bantuan pemerintah yang telah dilakukan sejak September lalu adalah Bantuan Subsidi Upah. Bantuan ini diberikan kepada pekerja untuk mengantisipasi kesulitan pekerja menghadapi kenaikan harga bahan baku minyak dan kenaikan harga sembako.
Selain itu, Kementerian Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan juga membuat program Jaminan Kehilangan Pekerjaan. Direktur Perencanaan Strategis dan Teknologi Informasi BP Jamsostek Pramudya Iriawan Buntoro mengatakan Jaminan Kehilangan Pekerjaan memang didesain untuk menghadapi dua hal saat terjadi resesi global, yaitu ketika perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja dan ketika perusahaan mengurangi upah pekerjanya.
Selain Jaminan Kehilangan Pekerjaan, kata Pramudya, BP Jamsostek juga masih menyediakan Jaminan Hari Tua yang dapat digunakan untuk mengantisipasi syok ekonomi akibat resesi global. “Sehingga masyarakat yang kehilangan pemasukan akibat syok ekonomi ini dapat melanjutkan kehidupannya,” kata Pramudya.
Ngobrol@Tempo Hari Pahlawan Sesi 2: Strategi Investasi dalam Menghadapi Resesi, Jumat, 11 November 2022.
Namun, tak hanya membuat masyarakat hidup layak, pemerintah pun membuat program yang dapat meningkatkan keahlian masyarakat, termasuk pekerja, di masa resesi global ini. Program Kartu Prakerja telah menyediakan sejumlah pelatihan yang juga bisa menjadi antisipasi menghadapi ancaman dampak resesi global.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari menjelaskan Program Kartu Pekerja dapat membantu pekerja agar memiliki daya lentur menghadapi kondisi sulit. “Dengan naik turunnya ekonomi, buka tutupnya perusahaan, apapun peluang di luar, pekerja harus bisa menjawab tantangan dengan skill, karena dunia selalu berubah,” kata Denni.
Kepala Tim Kebijakan TNP2K Elan Satriawan mengatakan Program Kartu Prakerja ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberdayakan ekonomi. “Seperti juga Kredit Usaha Rakyat (KUR), Pembiayaan Ultra Mikro (UMi), atau Dana Desa, itu dibutuhkan untuk mempromosikan kesejahteraan,” kata Elan.
Sementara itu, sektor Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah juga memiliki penting di masa resesi global ini. “UMKM harus go global dan go digital,” kata Asisten Deputi Pengembangan SDM UKM Kementerian Koperasi dan UKM Dwi Andriani Sulistyowati pada Ngobrol@Tempo Sesi 2: Strategi Investasi dalam Menghadapi Resesi.
Selain itu, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Reni Yanita juga mengatakan pertumbuhan UMKM harus dijaga saat resesi. “Karena ketika industri kecil dan menengah tumbuh, banyak sekali multiplier effect yang diciptakan, mulai dari kesempatan kerja hingga demand bahan baku yang akan meningkat,” kata Reni.
Hal serupa juga dijelaskan oleh Disability Womanpreneur Nicky Clara dalam diskusi yang sama. Menurut dia, UMKM harus terkoneksi satu sama lain (connect), kreatif (creative), dan berkolaborasi (collaboration) agar bisa bertahan saat menghadapi resesi. “Negara yang kuat adalah negara yang UMKM-nya kuat dan didukung daya beli masyarakat yang percaya pada produk lokal,” kata Nicky.
Hadir juga pada diskusi ini Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kemnaker Indah Anggoro Putri, serta Direktur Fasilitas Pemanfaatan Dana Desa Luthfy Latief.