Perjuangan Perempuan di Masa Pandemi
93 persen pekerja perempuan ikut terdampak pandemi. Beragam upaya dilakukan pemerintah dan swasta agar perempuan bersama usahanya tetap survive.
Momentum peringatan Hari Kartini, Tempo media menggelar acara DiscusShe: Perempuan Penggerak Ekonomi di Masa pandemi, yang disiarkan livestreaming Youtube Tempotco, Facebook Koran Tempo dan saluran digital tvTempo.
Diskusi tersebut turut menghadirkan narasumber para pemimpin perempuan seperti Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani, Staf Ahli Bidang Keuangan dan Pengembangan UMKM Kementerian BUMN Loto Srinaita Ginting, Bupati Bolaang Mongondow (Bolmong) Yasti Soepredjo Mokoagow, Direktur PT HM Sampoerna Tbk Elvira Lianita, Ekonom INDEF Enny Sri Hartati, dan dipandu moderator Retno Sulistyowati Redaktur Ekonomi Bisnis Majalah Tempo.
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani mengatakan para pekerja perempuan lebih rentan terhadap krisis dibandingkan dengan pria. Salah satunya terlihat dalam dampak krisis akibat pandemi virus corona.
Ani sapaan akrabnya menjelaskan beban perempuan menjadi jauh lebih berat. Hal ini diperparah ketika adanya kebijakan di rumah (work from home/WFH).
Secara kebiasaan, lanjutnya, peran perempuan di dalam keluarga sangat besar sehingga pada WFH. Tak heran, beban kembali pada rumah ada jauh lebih besar ke perempuan.
"Dalam kondisi Covid-19 banyak sektor formal dan informal yang mengalami perubahan pada pekerja perempuan yang dampaknya sangat tidak sama. Apalagi ketika mereka (perempuan) dihadapkan pada WFH tentu ini akan semakin berat," ujar Sri Mulyani.
Dia menuturkan bahwa dalam sektor informal seperti UMKM sekitar 93 persen pekerja dan pelakunya adalah perempuan yang ikut terdampak.
Direktur HM Sampoerna Tbk Elvira Lianita mengatakan bahwa pihaknya telah mendorong agar UMKM terus survive di tengah pandemi. Khususnya, meningkatkan peran perempuan di vokasional dan kewirausahaan, agar perempuan mandiri dalam ekonomi keluarga dan masyarakat.
“Program pertama Sampoerna Retail Community. Jadi kita membangun kemitraan dengan 130 ribu toko kelontong yang tersebar di 34 provinsi. Toko tersebut tetap dimiliki masyarakat tapi kita bantu agar menjadi lebih baik dan menghasilkan omset yang lebih besar,” ujarnya di acara yang sama.
Menurut Elvira, toko kelontong tersebut 57 persen dimiliki perempuan. Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga melakukan pelatihan kewirausahaan dan literasi digital.
“Namanya Sampoerna Entrereneurs Training Center. Kami melatih dan membina UMKM secara terpadu dan mengajarkan mereka manajemen bisnis dan pemasaran lewat digital,” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Bolaang Mongondow (Bolmong) Yasti Soepredjo Mokoagow mengatakan, di saat masa pandemi, pemerintah dan masyarakat Bolmong tidak begitu sulit mengatasi perekonomian.
Dimana kata Yasti, pemerintah memberikan berbagai stimulus yang utamanya dibidang pertanian seperti bantuan bibit, bantuan pupuk kepada petani kami berikan. Kemudian, melakukan kampanye agar masyarakat tetap melaksanakan aktivitas berkebun. Misalnya, yang berprofesi nelayan tetap nelayan, karena kita memiliki bibir pantai kurang lebih 121.000 Km.
“Saya harus jelaskan kenapa masuk ke wilayah pertanian, karena memang kita memiliki lahan pertanian yang begitu luas dan harus di manfaatkan. Hari ini, untuk melanjutkan produksi pertanian kami, yang tidak lain adalah lumbung beras provinsi Sulut dan daerah sekelilingnya,” tutupnya.
Tim Info Tempo