Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Puasa di balik terali

Para narapidana di lembaga pemasyarakatan yang melakukan ibadah puasa dan tarawih, dan tadarusan. menu makanan agak istimewa. (ils)

25 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KELOMPOK orang yang mengenakan seragam biru tua itu tampak lesu. Mereka jongkok atau berdiri. Sesekali terdengar percakapan dengan kalimat-kalimat pendek. Berbicarapun, enggan. Dan bibir-bibir mereka tampak memutih, kekeringan. "Mereka sedang menjalani ibadah puasa," kata Kepala Bagian Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Khusus (LPK) di Jalan Listrik, Medan, S. Ginting. Jumlah para napi yang berpuasa, menurut Ginting, bertambah satu setengah kali lipat dari tahun sebelumnya. Sedangkan di Pantai Padang, semakin ke ufuk barat matahari berjalan, tampak beberapa orang datang mendekati bangunan besar yang berdinding tebal dan tinggi. Di pintu gerbang, mereka menyerahkan sedikit makanan bagi mereka yang tak dapat menikmati kebebasan. Khusus untuk bulan puasa ini, beberapa penjara memperpanjang jam kunjungan. Dan LP Padang, yang letaknya di pantai itu, orang luar boleh berkunjung sampai pukul 16.3. Di LPK Wanita Tanggerang, nyaman, suasananya tidak segarang LP lainnya. Maklum, gedungnya baru: Terdiri dari 6 blok, masing-masing dibuat dalam bentuk bangunan melingkar, setiap kamar memiliki kamar mandi dan jamban sendiri. Di samping itu, penjara yang konon terbagus di Asia Tenggara ini, juga memiliki kamar makan sendiri. Karena itu, ketika mendekati waktu buka puasa, tampak penghuni yang jumlahnya cuma 55 orang (6 di antaranya napol narapidana politik), bagaikan tinggal di asrama putri saja. Hawa Segar Jauh sebelum bulan puasa tiba, pegawai-pegawai penjara telah menanyakan kepada setiap napi, siapa-siapa yang mau menjalankan ibadah puasa. Juga segala keperluan tikar sembahyang, buku-buku keagamaan, buku tuntunan bertarawih mereka coba penuhi dengan pemberian cuma-cuma. Di Medan para napi itu dibagi menjadi empat kelompok dan setiap kelompok menempati satu barak tersendiri. Ini untuk memudahkan pengontrolan, karena jumlah yang berpuasa sampai ratusan banyaknya. Syahnian, 24 tahun, yang harus menjalani hukuman 11 tahun karena membunuh, menyatakan bahwa setiap barak yang ada di Jalan Listrik itu, mendapat sebuah kitab Al Quran dan lima buku tuntutan bertarawih. "Dan tahun ini sungguh istimewa," ujar Syahnian lagi. Karena setiap barak diperbolehkan memilih imam dan bilalnya masing-masing. "Dan kami memilih Alwi Tanjung," ujar Syahnian lagi. Alwi, 28 tahun, napi kelas berat karena membunuh keluarga Ginting, yang terdiri dari enam jiwa di Tanah Karo (1974), ternyata rajin sembahyang dan mengaji. "Dan dia sungguh pintar berkhotbah," kata Syahnian berbangga hati. Setiap lembaga, mempunyai peraturan sendiri -- tergantung cara pengamanan masing-masing. Di LPK Kalisosok, Surabaya, mereka yang ikut puasa, diizinkan mengikuti sembahyang tarawih. Sedangkan mereka yang diperbolehkan berpuasa hanya mereka yang tekun menjalani shalat 5 kali sehari dan sudah terbiasa mengikuti shalat Jumat. Masjid darurat yang berbentuk segi empat di sana luber orang bertarawih. Hampir separuh dari jumlah napi, yang banyaknya 1.300 orang, ikut berpuasa. Setelah tarawih, acara dilanjutkan dengan tadarusan -- membaca Al Quran ayat demi ayat secara bergantian. Acara tadarusan di Kalisosok sampai pukul 23.00. Tetapi tidak semua napi bisa mengikuti tadarusan ini. "Mereka yang mendapat izin, tapi ternyata kurang mampu bertadarus, kami kembalikan ke ruang tahanan lagi,"-kata seorang petugas. Seorang napi setengah tua berbisik: "Saya senang terpilih ikut tadarusan-selain mendapat pahala, juga dapat lebih lama menghirup udara segar." "Eh, mudah-mudahan saja setiap hari adalah bulan puasa," kata Irianto Nasib, pemuda asal Karangsari, Kebumen, yang mendapat hukuman 15 tahun di Medan. Sebabnya? "Waktu berbuka puasa, dapat kolak, roti dan kopi," kata Irianto lagi. Menu makanan untuk para napi yang berpuasa, memang sedikit diistimewakan. Meskipun cuma kolak ubi, tetapi penganan yang manis, telah membuat lidah mereka lebih bergoyang. Bahkan hari raya nanti, beberapa penjara memberikan makanan ekstra, juga hadiah berupa sarung baru -- biarpun bukan dari kualitas nomor satu. Kiblat Cenere Bulan Ramadhan memang membawa suasana tersendiri. Waktu sahur, yaitu pukul 24.30, dianggap cukup jauh dari waktu Imsak. "Tetapi rasanya makan lebih enak," tambah Irianto. Sebaliknya, seorang napi dari Kalisosok, selalu meneteskan air mata setiap kali berbuka puasa atau sahur. "Kalau di rumah, selain bisa berkumpul dengan keluarga, menu makanan juga bisa milih," kata ayah dari tiga orang anak dan berasal dari Madura. Sudah empat bulan puasa dia lewatkan di penjara. Sepanjang Ramadhan, jam kerja lebih longgar di LPK Cipinang. Menurut keterangan Sukartono, yang menjabat Kepala Sub Bagian Tata Usaha, LPK Cipinang mempunyai napi 2.344 orang. Dari jumlah tersebut, ada 1.585 orang yang berpuasa, sedangkan yang ikut tarawih ada sekitar 800 orang. Disayangkan bahwa kiriman buletin dari Dewan Dakwah Islam akhir-akhir ini tidak pernah lagi dikirim. Teddy Gunawan, 27 tahun, diwajibkan mencatat para napi yang akan berpuasa dan bertarawih, di LPK Cipinang. Teddy, yang bercelana jeans, harus menjalani hukuman penjara 11 tahun -- karena membunuh majikannya, seorang pemilik restoran. LPK Cipinang telah mengubah kepercayaan Teddy. Semula dia beragama Budha. "Daripada 'ngalamun, saya membaca buku-buku agama," kata Teddy," dan saya tertarik kepada Islam." Kini, dia penganut Islam yang baik. Istrinya, Yunita Kencana, yang menjenguknya seminggu sekali, tidak keberatan Teddy masuk Islam. Selama bulan puasa, pembinaan mental dilakukan Kiblat Centre, organisasi keagamaan swasta yang berpusat di Jakarta "Cuma," lanjut Teddy, "untuk bisa ikut tarawih, seorang napi harus lolos seleksi bagian Keamanan LPK. " la termasuk yang lolos. "Insya Allah, puasa saya penuh," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus