Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Kursus delapan juta

The royal melbourne institut of technology (rmit) bekerja sama dengan eec jakarta membuka program prauniversitas di jakarta bagi mereka yang ingin belajar di luar negeri. biayanya cukup mahal.

18 Juli 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANDA mau sekolah di luar negeri? Mulai bulan depan, bila rencana The A Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) berjalan lancar, ancang-ancang belajar di negeri seberang bisa dilakukan di Jakarta. Bekerja sama dengan English Education Center (EEC) Jakarta - lembaga kursus yang cukup laris -- RMIT yang berpusat di Melbourne, Australia, membuka program pra-universitas di Jakarta. Ini lembaga pendidikan yang tergolong tenar, alumninya antara lain Pangeran Charles dari Inggris. Program ini semacam kursui yang mirip Kelas Persiapan Bersama, umpamanya, di IPB atau ITB. Yakni, mengulangi pelajaran SMA yang dibutuhkan untuk bekal kuliah selanjutnya. Tentu, yang RMIT semua kegiatan dalam bahasa Inggris, karena memang untuk membiasakan siswa belajar di universitas luar negeri. Dengan lama program 48 minggu, mereka yang lulus dari RMIT bisa melamar langsung ke 200 perguruan tinggi di Inggris, Amerika Serikat, Kanada, selain Australia sendiri. Bukan sembarang perguruan tinggi. Ada Monash University di Australia, ada University of Harvard di AS. Dan memang, sertifikat RMIT paling laku di RMIT sendiri. Itulah penjelasan dari G.F. Brookes, International Manager RMIT yang pekan lalu memberikan acara umum di Hotel Sahid, Jakarta. Sudah jamak diketahui, kesulitan mahasiswa Indonesia di luar negeri adalah soal bahasa Inggris. Bukan hanya bahasa buat berkomunikasi sehari-hari, tapi bahasa buat memahami dan berdebat di kelas. Program RMIT menjanjikan itu semua. Dalam 14 minggu pertama hanyalah diajarkan bahasa Inggris. Setelah itu baru Akuntansi, Matematika, Fisika, Kimia, Ekonomi, Hukum. Semuanya diberikan dalam bahasa Inggris, dengan guru dari Australia. Tak dipungkiri oleh Brookes, upaya membuka program ini karena perguruan tinggi di Barat kekurangan mahasiswa. Dan bila di Jakarta RMIT buka kelas, itu karena mahasiswa Indonesia di Australia cukup banyak. Sebelumnya, untuk Asia, RMIT sudah punya kelas pra-universitas di Malay sia, Filipina, dan Singapura. Program ini tak sembarang menerima calon mahasiswa, karena daya tampungnya untuk sementara hanya 40-50 orang. Disyaratkan NEM (Nilai Ebtanas Murni) minimal 6,5. Yang sulit mungkin, pelamar harus sudah menguasai bahasa Inggris dalam tingkat pre-intermediate international - dan tes Inggris inilah yang harus ditempuh peminat, yang usianya dibatasi antara 16 dan 40 tahun. Tapi itulah, ini bukan kursus murah. Untuk 48 minggu calon mahasiswa mesti mengeluarkan biaya US$ 5.300 atau sekitar Rp 8.700.000. Baru tampak sedikit miring, bila dibandingkan dengan biaya program serupa di Melbourne, yakni A$ 13.500 atau sekitar Rp 16 juta - belum termasuk biaya hidup di sana, kata Brookes berpromosi. Program yang jenisnya termasuk pertama kali di Jakarta ini segera mengundang pro dan kontra. Dari para peminat yang pekan lalu hadir dalam acara penjelasan itu, komentar pertama yang terdengar soal mahalnya biaya. Pihak Ditjen Pendidikan Tinggi, tampaknya, meragukan kelas pra-universitas ini. "Tanpa rekomendasi dari semacam RMIT, selama ini calon mahasisa kita pun bisa diterima di mana-mana," kata Ir. Oetomo Djajanegara, Sekretaris Ditjen Pendidikan Tinggi. Akan halnya kemampuan berbahasa Inggris, kursus yang telah ada, kata Oetomo pula, biayanya lebih murah. Yang mungkin juga perlu dipikirkan oleh para peminat, berbeda dengan Malaysia, Singapura, dan Filipina yang masyarakatnya menjadikan bahasa Inggris bahasa kedua sehari-hari, di Indonesia hal itu belum terjadi. Adakah suasana itu akan berpengaruh terhadap keberhasilan peserta program, belum ada contohnya. Memang, bila dicari-cari program RMIT ini bisa juga ada manfaatnya. Yakni, memherikan perbandingan. Bila dengan hanya beberapa mata pelajaran, lepasan program RMIT ternyata diterima di berbagai perguruan tinggi, tentunya menarik dipertimbangkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus