Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Komedi (segar) untuk nyonya-nyonya

Sutradara: nya abbas akup produksi: pt candi dewi film pemain : a jalal, titik puspa dll. resensi oleh: salim said. (fl)

9 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INEM PELAYAN SEXY Cerita, skenario & sutradara: Nya Abbas Akup. Produksi: P.T. Candi Dewi Film YANG pertama sekali memancing ketawa penonton dalam film terbaru karya Nya Abhas ini tentulah permainan A. Jalal. Tubuhnya besar tinggi, logatnya Madura berat dan bermainnya lincah. Meski untuk pertama kali main film, Jalal bukan orang baru dalam dunia tontonan. Ia anggota kelompok lawak Surya Grup yang muncul dengan kesegaran tapi kemudian lebih banyak mengulangi sukses semula. Dalam hal yang terakhir inilah Abbas memegang pelanan besar. Sebagai penulis cerita dan skenario, Abbas telah menyediakan dialog-dialog yang berfungsi bagi Jalal (dan pemain lainnya). Dan bakat serta kebolehan melawak anak Surabaya itu mendapatkan penyaluran yang amat wajar. Pelajaran terpenting yang diperoleh dari film Inem Pelayan Sexy adalah ini: untuk membuat film komedi - dengan atau tanpa pelawak - cerita bisa dibuat berdasarkan kenyataan sehari-hari. Dari hidup sekeliling kita memang terlalu banyak hal yang punya potensi untuk jadi bahan lelucon. Cerita film ini berkisar pada peranan babu dalam keluarga maju di kota besar. Bagian pertama film memperlihatkan betapa keluarga dan rumah tuan Cokro (Aedy Moward) kacau balau lantaran ditinggal babu. Rumah berantakan, masuk kerja terlambat, nyonya (Titik Puspa) tidak sempat ke salon (apa lagi arisan) dan anak-anak terpaksa numpang mandi di rumah teman. Setelah dapat babu - kebetulan cantik - soal tidak pula selesai. Sang tuan pun ada tertarik pada tubuh babu dan nyonya terpaksa kebagian tugas ronda malam. Tapi ketika nyata bahwa atasan tuan Cokro yang bernama tuan Bronto (A. Jalal) jatuh hati pada babu Inem (Doris Syarifa), tak seorang pun yang berdaya mengontrolnya. Tukang Ejek Sebagai tukang ejek nomor satu, Abbas memang mempunyai pengamatan yang tajam. Dialog-dialog ditulisnya dengan pas dan tepat. Tingkah laku para babu, tuan dan nyonya-nyonya serta anak-anak mereka digambarkannya dengan baik. Bahkan pengetahuan Abbas mengenai sosiologi kabar angin pun patut dibanggakan. Perhatikan adegan nyonya-nyonya bersibuk membicarakan kabar perkawinan tuan Bronto dengan babu Inem. Berita itu bersumber pada nyonya Cokro. Melewati sejumlah nyonya - yang menyebarkan berita lewat telepon - kabar yang sama tiba kembali pada sumbernya. Cuma isi berita sudah berubah, sebab yang kini jadi korban adalah tuan Cokro. Bahkan dikabarkan bahwa nyonya Cokro minta cerai dari suaminya lantaran tuan Cokro "suka main dengan babu-babu tetangganya". Tentu saja berabe. Film Inem Babu Sexy ini memang film untuk bikin tertawa. Tapi Abbas - seperti biasanya - selalu ingin mengatakan sesuatu lewat film-filmnya. Sembari menyindir nyonya-nyonya kelas atas yang sok dan penuh kepalsuan, lewat film ini Abbas juga ingin menunjukkan bahwa babu pun, jika mendapat kesempatan, juga bisa bertingkah sama dengan nyonya-nyonya besar itu. Setelah kawin dengan Jalal, Inem (tidak pakai ganti nama) tiba-tiba berbicara macam nyonya-nyonya besar yang dulu pernah diladeninya. Saking bersemangatnya Inem "berpidato" (mengenai rakyat yang menderita karena banjir, wabah penyakit dan sebagainya) di bagian akhir film ini. Maka kita dipaksa mencurigai tokoh Inem ini. Bekas nyonya besar yang menyamarkah ia? Ternyata tidak, sebab di awal film ini mengaku cuma sekolah hingga kelas dua. Kalau begitu, yang berpidato bersemangat bagai pekerja sosial itu tidak lain adalah Abbas sendiri. Inem rupanya cuma dimintai tolong oleh penulis cerita, skenario dan sekaligus sutradara. Di tengah-tengah tumpukan film komedi kita yang konyol, karya Abbas ini terasa menyegarkan. Di sini Jalal bermain baik. Tapi juga Titik Puspa. Sayangnya juru kamera F. Tarigan tidak selalu bekerja teliti, sehingga di layar bukan jarang gambar tampak kabur. Salim Said

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus