TIDAK kuran dari Pangeran Charles dan Lady Di memeriahkan Festival Film Cannes ke-40 Jumat dua pekan silam. Hari itu bahkan disebut sebagai "hari Inggris", khusus untuk menghormati pasangan kerajaan itu. Upacara pembukaan berlangsung cemerlang, dengan Elizabeth Taylor dan Catherine Daneuve, dua aktris tercantik yang malam itu sama-sama tampil dalam gaun merah. Bom seks tahun 60-an, Claudia Cardinale, memimpin rombongan Italia, sementara Paul Newman dan John Voight memperkuat rombongan Hollywood. Berlangsung 13 hari, festival Cannes tetaplah memancarkan keunikan tersendiri, perpaduan semangat budaya dan politik zamannya, plus glamor yang seolah tak pernah lekang sepanjang zaman. Tekanan pada mutu artistik atau aspirasi politik bisa berpindah-pindah, tapi acara berbikini di pantai Riviera - yang pada tahun 1953 mengorbitkan Brigitte Bardot sebagai simbol seks tahun 50-60an - masih bertahan, dengan peminatnya yang berkurang. Pernah merupakan keistimewaan dari festival Cannes, acara bikini itu sempat menggemparkan, ketika pada tahun 1954, figuran Simone Silva muncul dan berbuka payudara di sana. Si malang Simone memang sengaja melepas blus dan bh-nya, semata-mata untuk menarik perhatian publik. Cannes merasa tercemar, sementara Hollywood ikut-ikutan menolak Simone. Dua bulan kemudian gadis Prancis itu bunuh diri. Memang di Cannes orang terdorong bertindak ekstrem. Di sini nama Fellini mencuat ketika filmnya La Dolce Vita memenangkan hadiah Palma Emas. Untuk merayakan prestasi itu, rombongan Italia menuangkan 300 botol anggur Chianti ke kolam renang. Lewat Cannes pula sutradara Polandia, Andrzej Wajda, menjadi tersohor karena filmnya Man of Iron merebut Palma. Tapi Wajda sendiri pada saat yang sama dikenai tahanan rumah di Warsawa. Cannes kembali mengejutkan pekan silam, ketika tim juri yang dipimpin Aktor Yves Montand memilih film Prancis Sous le Soleil de Satan (Di Bawah Matahan Setan) sebagai karya yang berhak menggondol Palma Emas. Para hadirin bersuit manakala Catherine Deneuve mengumumkan kemenangan Sous le Soleil yang disutradarai Maurice Pialat. Rupanya, ini kemenangan kontroversial. Sutradara Prancis berlidah tajam itu dengan lantang berucap, "Saya tidak akan mengingkari reputasi saya. Saya senang mendengar suit-suitan. Kalau Anda tidak suka pada saya, di sini akan saya katakan terus terang bahwa saya juga tidak suka pada Anda." Sehabis "mengamuk" seperti itu, Pialat mengacungkan tinju ke udara tiga kali, lalu turun panggung, dan lantas meninggalkan tempat upacara. Kemenangan Pialat merupakan bonus khusus bagi Prancis, yang sejak film Claude Lelouch A Man and A Woman, 1966 - tidak pernah meraih Palma. Sepanjang tradisi 40 tahun, hadiah ini merupakan penghargaan paling bergengsi secara internasional. Film pemenang Palma Emas di samping bermutu juga dianggap bisa populer. Adapun karya Pialat dibuat berdasarkan novel yang ditulis Georges Bernanos, berkisah tentang seorang pastor di pedalaman. Diperankan oleh aktor Prancis Gerard Depardieu, pastor itu mengalami pertentangan batin yang hebat karena digoda iblis setan, juga karena ia sendiri ragu-ragu. Tim juri Cannes - yang terkenal murah hati - rupanya tidak selalu mengecewakan publik. Kemenangan Marcello Mastroiani sebagai aktor terbaik disambut secara aklamasi. Ia bermain dalam Oci Ciornie, sebuah produksi bersama Ceko-Italia yang disutradarai sineas Soviet, Nikita Mikhalkov. Hadiah sebagai aktris terbaik dimenangkan bintang Amerika, Barbara Hershey yang berperan dalann film Shy People, di bawah sutradara keturunan Rusia, Andrei Konchalovsky. Hadiah kedua terbaik sesudah Palma Emas dimenangkan Pokayaniye, karya sutradara Soviet, Tengiz Abuladze. Festival Cannes yang melambungkan nama-nama besar, seperti Jean Luc Goddard, Luis Bunuel, Truffaut, dan Satyajit Ray, tahun ini menampilkan tim juri bonafide, dengan sembilan anggota, di antaranya novelis Amerika Norman Mailer dan tokoh film Soviet, Elem Klimov. Terlepas dari protes publik terhadap kemenangan Pialat, Montand berkomentar bahwa seleksi juri merupakan "proses pengadilan yang sangat keras." Mailer memperkuat dengan keterangan bahwa "Pialat terpilih secara mutlak." Sikap kompromi juri agaknya sulit dihindarkan, suatu hal yang mungkin seirama dengan gejolak dari tahun ke tahun. Festival Cannes yang dulu oleh seorang pengamat dinilai sebagai musik waltz kini katanya lebih pantas disebut sebagai konser musik pop.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini