Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Penyakit Dan Catu

100 kk transmigran di besum irian jaya menyedihkan. mereka menderita penyakit malaria, beri-beri & penyakit kurang gizi. diketahui jatah bahan makan tak sesuai ketentuan kantor transmigrasi.

24 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI masih mengenai ihwal 100 kepala keluarga -- transmigran di Besum, Irian Jaya (TEMPO 19 Juni 1976). Rupanya nasib buruk mereka tidak hanya karena buru-buru dijejalkan di perkampungan yang belum rampung tapi lebih pahit lagi: 5 orang telah meninggal dunia. Tentu ini karena ajal. Tapi pembantu TEMPO di Jayapura sempat menyaksikan keadaan kesehatan para warga pendatang itu: malaria dan beri-beri di kalangan dewasa serta penyakit kurang gizi di kalangan anak-anak. Bahkan rombongan tokoh-tokoh Islam sebanyak 40 orang yang berkunjung ke sana untuk membagi-bagikan bahan makanan dan pakaian berikut sekedar hiburan di penghujung bulan Juni lalu sempat repot turut menguburkan korban ke-5, seorang wanita. Selama kesibukan penguburan itu, di antara para transmigran hanya tampak kaum lelaki saja karena semua wanita di perkampungan itu sedang dirundung sakit. Tak urung di hadapan tokoh-tokoh Islam dari Jayapura itu tercetus juga keluhan dari para warga Besum. Menurut penuturan mereka setiap bulan setiap jiwa di sini mendapat pembagian 15 kg beras untuk kepala keluarga, 71 kg untuk isteri dan anak mereka masing-masing 6 kg. Lalu catu lain setiap bulan untuk satu jiwa: minyak tanah liter, minyak goreng 1 liter, ikan asin 5 kg. Padahal menurut para transmigran itu berdasar ketentuan Kantor Transmigrasi, sebulannya setiap transmigran berhak mendapatkan 6 liter minyak tanah dan 2 liter minyak goreng. Adapun mengenai gula dan teh, tak pernah masuk daiam daftar bahan makanan yang harus mereka peroleh. Tapi barangkali keluhan ini tak perlu didengarkan benar kalau tidak karena Suwarno, petugas Kantor Transmigrasi di Besum, tidak membuka kios yang menjual minyak goreng -- sekaleng lamsoon cuma dihargainya Rp 500, sementara di luaran Rp 750. Sutran Kabar mengenai penerimaan penghuni Besum tanpa persiapan matang itu rupanya sempat menarik perhatian Mayjen Sudarsono, Kepala Pusat Pembinaan Mental Hankam yang berkunjung ke Irian Jaya minggu terakhir bulan lalu. Sehabis pembicaraannya dengan Sutran, menurut Sudarsono, Gubernur Irian Jaya itu mengaku: "Lebih baik dipaksakan masuk ke Besum dari pada para transmigran itu tambah menderita. Sebab barang mereka telah habis terjual di Surabaya karena lama menunggu". Adapun Sutran sendiri yang berkeliling Irian Jaya belum lama ini sambil mengajak wartawan-wartawan dari Jakarta tak merasa perlu melihat langsung keadaan para penghuni Besum. Bersama Bupati Jayapura, Messet yang membawanya ke Besum, rombongan Gubernur dan wartawan itu hanya sampai di halaman Kantor TransmTasi. Dan itu saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus