20 Mei
“Di sekolah menengah pertama MULO saya berpakaian seperti yang diwajibkan—celana pendek, jas yang dikancingkan sampai leher—tapi masih memakai sandal, belum sepatu. Itu tahun 1920, dan saya masih belum mengenakan sepatu. Saya tak punya sepatu. Hanya setelah hampir masuk HBS, sekolah menengah atas—hampir semua siswanya Belanda totok, bukan seperti MULO, yang muridnya kebanyakan anak Indo—saya jadi gugu
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini