Pesimisme
1949: tak lama setelah Indonesia bangkit dengan euforia kemerdekaan, Chairil Anwar menuliskan baris ini dalam salah satu sajaknya: "Hidup hanya menunda kekalahan."
Sebuah kontras. Mungkin antiklimaks.
Saya yakin kalimat itu hanya gumam Chairil dalam saat yang murung; sajak ini ditulis beberapa bulan sebelum ia meninggal pada umur 27 tahun. Tapi ada yang melihatnya sebagai bagian dari perasaan dan perspektif sebuah generasi di Indonesia—perasaa
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini