Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-putu setia

Pengarang: abdul hadi w.m jakarta: pustaka firdaus, 1984. (bk)

13 Oktober 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUMOR SUFI, SINDIRAN-SINDIRAN LUCU NASRUDIN AFFANDI. Diceritakan kembali oleh: Abdul adi W. M. Penerbit: Pustaka Firdaus, Jakarta, 54 halaman MENGAPA air laut asin? "Karena air laut senantiasa diam di tempatnya. Tidak mengalir ke mana-mana. Nah, agar tidak berbau busuk, maka leluhur kita memberimya garam. Itulah sebabnya air laut asin," jawab Nasrudin Affandi, (halaman 28). Humor Nasrudin Affandi - Maulana, yang juga guru sufi, dari "dunia" Timur Tengah - tidak sekadar mau melucu, tetapi penuh sindiran dan kritik sosial, juga perlawanan kepada Raja. Dalam leluconnya, Nasrudin tak ingin mencelakakan tokoh lain. Jika ia ingin menampilkan tokoh "ejekan", maka lebih banyak dirinya sendiri yang dijadikan pemeran. Nasrudin, yang lebih banyak diceritakan tolol, kalau tidak dalam peran "jadi korban", maka yang muncul darinya adalah sejumlah petuah dan kearifan. Adalah kejelian kita untuk mencari kearifan yang dilontarkan Nasrudin, kadang lewat simbol-simbol, seperti lelucon Laut. Jadi, ketawa atau tidaknya seseorang membaca humor Nasrudin tergantung sejauh mana dia menangkap apa yang terslrat di balik lelucon itu. Penceritaan kembali humor sufi ini oleh Penyair Abdul Hadi W.M. mengesankan terjemahan secara harfiah. Akhirnya, kearifan yang terungkap tanpa kelucuan yang menyegarkan. Sebelum ini, kisah-kisah Nasrudin sudah pernah terbit, baik sepotong-sepotong (di majalah anak-anak Kawanku) maupun dalam bentuk buku. Pada buku terbitan Bhratara, kelucuan itu mengalir, disebabkan cara penyajian dan pemilihan masalahnya. Adakah dalam buku Humor Sufi ini lelucon yang diperoleh hanya sisa-sisa? Tapi tidak berarti bahwa buku Humor Sufi ini tidak membuat kita tidak tertawa sama sekali. Gambar yang dibuat priyanto, kecuali gambar kulit muka yang terasa ruwet, membuat kita tersenyum setiap membalik halaman. Selain itu buku tipis ini, yang habis dibaca sekitar setengah jam, juga memberi pengantar, siapa itu Nasrudin Affandi, yang tidak dijumpai dalam penerbitan lain. Kelebihannya yang lain, setiap lelucon diberi judul - sayang, tidak selucu judul yang dibuat Arwah Setiawan untuk buku Indonesiana sehingga menggampangkan kita memilih dan tidak mesti harus membaca urut. Putu Setia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus