Puisi, Bukan Propaganda Cinta
Saya merasa tercerabut,” katanya. Ia, Ramsey Nasr, pemuda 31 tahun, berambut keriting, tapi sama sekali tak berbahasa Arab. Ayahnya orang Palestina, ia baru mengetahui itu satu dasawarsa terakhir. Kepada Tempo, ia mengisahkan betapa terasingnya ia dalam muhibah pertamanya ke Palestina, musim panas 1997.
Nasr memang memiliki segalanya yang berbau Belanda. Ibunya orang Belanda, dibesarkan di Belanda, dan ia merasa sebagai orang Belanda. Kini i
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini