Superlativisme
Kurnia JR
Pagi hari menjelang pemilihan umum, saya melihat spanduk partai politik yang mengajak orang menghadiri ”rapat akbar”. Saya, yang waktu itu belum berhak memilih, terperangah membacanya. Ternyata yang akbar—mahabesar—bukan hanya Tuhan, pikir saya saat itu. Apakah makna ”akbar” hendak diciutkan, tak lagi ”maha”?
Saya merasa hal itu berlebihan sambil berpikir-pikir sebesar apa rapat yang diklaim sebagai ”mahabesar” itu
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini