Kaharingan Menuntut Status
DI sebuah rumah kayu beratap seng yang belum selesai dibangun, sekitar 70 orang dewasa dan anak-anak duduk melingkar. Menyesaki ruangan berukuran 8 x 6 meter, mereka duduk tafakur, dengan mata terpejam, memanjatkan doa kepada Ranying Hatalla Langit (Tuhan Yang Maha Esa). Pemimpinnya seorang bashir (ulama) yang berbahasa Dayak Ngaju. Di tengah mereka terdapat sebuah meja kecil untuk menaruh sangkuk—semacam mangkuk—berisi sesajian beras, rokok
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini