K.H. Abdullah Abbas:
Usianya sudah melampui tiga perempat abad, tapi fisiknya masih terlihat bugar. Sebagai seorang kiai, sehari-hari ia masih rajin mengucurkan ilmu bagi 5.000 santri asuhannya. Selebihnya, waktunya dihabiskan untuk menerima tamu dari berbagai kalangan, termasuk para pengusaha, pejabat sipil dan militer, hingga larut malam. Keinginan mereka kadang aneh, misalnya minta dipertemukan dengan Presiden. Tentu, katanya, "Saya tolak halus-halus."
Minggu, 11 Februari 2001
Dialah K.H. Abdullah Abbas, sesepuh Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat. Lelaki yang lahir pada 1922 itu (tanggalnya ia sendiri tak ingat) sangat disegani oleh kaum nahdliyin. Bersama K.H. Abdullah Faqih (Langitan, Tuban) dan K.H. Abdullah Salam (Pati), ia sebut-sebut sebagai "penyangga masyarakat Jawa". Tak ayal, ucapan mereka selalu menjadi rujukan umat NU. Bahkan, K.H. Abdurrahman Wahid, sang Presiden, pun menghormati para kiai khos (kh...