"Orang Madura Harus Menghargai Orang Dayak"
MADURA dan pamong praja ada dalam darah dan jiwa Moehammad Noer. Sebab, bagi Gubernur Jawa Timur periode 1967-76 itu, menjadi birokrat dan pemerintah sudah merupakan panggilan jiwa sejak Noer muda lulus dari MOSVIA, sekolah pamong praja pemerintah kolonial Belanda, pada 1939. Noer merasa harus berbuat sesuatu untuk memperbaiki kondisi masyarakat yang sangat miskin. Sejak penempatan pertama sebagai pegawai pemerintah daerah di Sumenep hingga menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, ia selalu mengabdi dan mengutamakan kepentingan rakyat. "Saya ini khadam, pelayan rakyat," katanya.
Senin, 7 Januari 2002
Laki-laki kelahiran Sampang, 13 Januari 1918, ini terbukti ber-hasil mengangkat Jawa Timur dari salah satu provinsi termiskin ke jajaran yang lumayan kaya. Berbagai penghargaan pencapaian di bidang pembangunan diterima oleh Cak Noer—demikian panggilan akrabnya—dan hingga kini Noer dikenal sebagai Gubernur Jawa Timur yang tersukses. Di samping itu, Cak Noer juga bangga menjadi orang Madura. Menurut ayah delapan anak, kakek 20 cucu, dan buy...