Mutiara di Pinggir Selokan
Sebuah acara yang bisa mengetes kadar solidaritas sosial masyarakat kita. Sederhana tapi cukup menyentuh.
Senin, 6 Desember 2004
Di kios sempit berukuran 3 x 4 meter, ia tinggal sendiri: mencari nafkah dan menghabiskan sisa hidupnya. Perempuan itu, seorang nenek dalam usia 70-an tahun, tentu saja bukan seorang kaya. Dagangannya cuma 10 jeriken bensin masing-masing berisi tiga liter. Ya, di tepi sebuah jalan, di pinggir selokan, Semarang, ia berjualan bensin eceran.
Tapi suatu kali, rutinitasnya terganggu. Seorang pemuda bermotor menghampirinya. Ia mengaku kehabisan
...