Menangkap Genta Nenek Moyang

Sutardji calzoum bachri, danarto, slamet sukirnanto dan ikra nagara sebagai peserta pameran puisi konkrit mencoba menjelaskan tentang puisi konkrit. dengan mengkonkritkannya, penyampaian materi lebih jelas. (sr)

Sabtu, 29 Juli 1978

APA yang dinamakan "puisi konkrit", kelihatannya tak lebih dari Pameran Seni Rupa Baru. Sutardji Caloum Bachri bilang, dalam puisi konkrit kata-kata diletakkan dalam suatu konstelasi tertentu, hingga menimbulkan komunikasi yang lebih kreatif dan Intens. "Kalau kata STOP kita letakkan di aspal highway," kata Tardji, "maka kehadirannya akan memberikan makna lain bila kata itu terletak di pantat seorang gadis bahenol." ...

Berita Lainnya