Sri Lanka, Amangkurat, dan Surga yang Tercabik

Kolonialisme, mitos, legenda, dan sentimen agama membuat negeri pulau ini, yang pernah menjadi tempat pembuangan raja-raja Hindia Belanda, senantiasa berdarah. Sebuah cermin retak bagi nasionalisme yang salah arah. Dewi Anggraeni, wartawan TEMPO yang belum lama ini berkunjung ke sana, menuturkan kisahnya.

Minggu, 12 September 1999

Sebut nama Sri Lanka pada sekelompok orang dengan latar belakang berbeda, tanggapan mereka pun akan beragam. Yang romantis mengaitkannya dengan negeri Alengka dalam mitologi Ramayana, pecinta olahraga akan ingat pada pertandingan cricket yang populer di negara-negara Persemakmuran (Inggris), dan yang sering mengikuti berita aktual akan menyebut sengketa etnis yang berkepanjangan. Mitos dan kolonialisme Inggris belum berhenti menghantui negeri...

Berita Lainnya