Burung-Burung di Alcatraz

Alcatraz: betapa jauh, betapa sunyi. Terletak di Teluk San Francisco yang menggigil, penjara federal AS yang ditutup pada 1963 itu menjadi bukti betapa bui adalah tempat paling jahanam bagi seorang narapidana—kaliber dunia sekalipun. Di sana, bos mafia Al Capone menghabiskan waktunya sambil didera sifilis yang hebat. Di tempat itu pula Robert Stroud, homoseks pembunuh yang menghabiskan 50 tahun usianya di balik jeruji besi, mengubur waktu melalui persahabatannya dengan burung-burung. Alcatraz memang tak lebih buruk dari penjara di Tanah Air: Nusakambangan dan Pulau Buru—untuk menyebut beberapa. Tapi tak ada yang bisa menakar rasa sakit: setiap tempat ada deritanya. Dan di Alcatraz derita itu adalah cuaca dingin yang mematahkan engsel tulang, kamar isolasi yang menciutkan nyali, serta rasa sepi yang berkepanjangan. Wartawan TEMPO Arif Zulkifli mengunjungi Alcatraz dua pekan lalu. Laporan dari sana dilengkapi Nezar Patria dengan beberapa riset pustaka. Berikut ini cerita lengkapnya.

Minggu, 13 Juli 2003

”Alcatraz never was no good for anybody”

Frank Watherman, napi terakhir yang meninggalkan Alcatraz

PEREMPUAN itu duduk di pojok ruang besar di bawah tanah Penjara Alcatraz. Parasnya rupawan, meski telah setengah baya. Rambutnya yang pirang ia sisir ke samping. Banyak melempar senyum, dia berkata, ”Saya dibesarkan di sini.” Hari itu ia mengenakan blus warna cerah—kontras dengan dinding penjara yang telah m...

Berita Lainnya