Sebuah Impian dari Rumah Liar
Enam ribu pencari kerja menyerbu Batam, hampir setiap pekan. Di pulau itu, yang pernah menjadi lambang kemakmuran, mereka mengejar angan-angan akan sebuah hari depan yang lebih baik. Ironisnya, impian para pendatang tersebut adalah mimpi buruk bagi penguasa Otorita Batam. Ribuan rumah liar tumbuh subur di Batam dalam satu dekade terakhir, seiring dengan banjir pendatang baru. Berjejer dari jalur hijau sampai hutan lindung, jumlahnya melampaui rumah resmi. Sejak awal September lalu, pemerintah setempat memberlakukan peraturan baru yang keras untuk membatasi pencari kerja di pulau itu. Tapi "banjir manusia" ternyata tak kunjung surut. Problem apa saja yang lahir dari fenomena rumah liar ini?
Minggu, 23 September 2001
FRUSTRASI tak kunjung punya rumah sendiri? Datanglah ke Pulau Batam. Dalam hitungan hari, rumah sendiri pasti bisa dimiliki. Bahkan, bila Anda cukup puas dengan rumah mungil sekitar 2x3 meter, bangunan bisa selesai beberapa jam. Sore fondasi ditanam, malamnya atap bisa dipasang. Upah tukang pun pasti terjangkau: Rp 500 ribu untuk empat orang. Tentu saja ini rumah bukan jenis yang biasa ditinggali para tuan dan nyonya. Bentuknya kelewat sederhana:...