Reformasi dalam Sebuah Prosesi
Ternyata ngaben tidak selalu identik dengan geni dan biaya ratusan juta rupiah. Ngaben telah mengalami reformasi. Ia mencoba menjadi demokratis dengan penyelenggaraan yang murah meriah. Seorang pendeta dari kalangan kebanyakan bersanding dengan pendeta dari kalangan "atas" memimpin upacara. Bagaimana penyelenggaraan ngaben demokratis ini? Ikuti reportase wartawan Seno Joko Suyono, yang menyusuri Desa Pujungan di Tabanan, Bali, tempat berlangsung sebuah ngaben massal pekan lalu, dibantu oleh koresponden Made Mustika, dan fotografer Amatul Rayyani.
Minggu, 10 Februari 2002
Tak ada bau gosong tubuh terbakar. Tak ada api yang menjilat petulangan berwujud patung lembu hijau. Tak ada asap tebal membubung tinggi,melumat bade mewah berhias boma (topeng berwujud raksasa). Apalagi bunyi gemeratak kayu-kayu Naga Banda—patung naga nan perkasa yang panjangnya beratus-ratus depa itu—seperti biasa kita imajinasikan bila melihat berbagai postcard tentang ngaben di Bali. Memang, ini bukan ngaben akbar para bangsawan Bali,...